Belakangan ini Bagas curiga, tapi ia tidak mau berpikir negatif ketika ia sering melihat Fabio bersama Najwa bepergian bersama, entah itu berangkat sekolah, pulang sekolah ataupun keduanya tengah berbincang berdua. Bagas memaklumi Fabio yang berangkat bersama Najwa sebab rumah keduanya dekat.
Namun setelah melihat bagaimana mereka bermesraan di depan matanya, kepercayaan Bagas kembali terpatahkan, hatinya bergejolak marah, bagaimana bisa Fabio yang notabenenya tahu ia kekasih Najwa memeluk gadis itu. Tidak usah tanyakan mengapa Bagas bisa ada di sana, itu tidak penting sekarang.
"Bagas, dengerin gue dulu!" Bagas berusaha menyetak tangan Najwa yang bertengger di lengannya, namun Najwa berusaha lebih keras sehingga Bagas pun tidak tega sebenarnya, ia mendorong Najwa untuk menjauh darinya.
"Apa yang mau gue dengerin lagi Wa! Udah cukup gue nahan pikiran soudzon gue sama lo sama dia selama ini, gue nggak nyangka, hubungan yang kita pertahanin ini hancur gitu aja gara-gara dia." Bagas menunjuk Fabio dengan jari telunjuknya dengan kata penekanan.
Najwa terisak, antara ia takut akan kemarahan Bagas dan juga ia sedih karena dirinya terjadi kesalahpahaman di antara mereka bertiga, "gue nggak ada apa-apa sama Bio Bagas, tadi itu nggak seperti yang lo lihat... Bio cuma mau bantu aku," jelasnya, Najwa tahu jika Fabio tidak sengaja begitu saja menjadikan tumpuan dirinya yang Najwa sendiri reflek tidak sengaja memeluk tubuh Fabio yang kehilangan keseimbangan hingga mereka terlihat seperti pelukan.
"Bantu apa? Lo ada gue yang bisa lo peluk! Gue pacar lo, bukan dia!" Bagas beralih ke Fabio yang terlihat diam dengan raut pucatnya itu, Bagas tertawa miris ke arah Fabio dan langsung menarik kerah cowok itu hingga wajah mereka saling berdekatan, tatapan tajam pun Bagas berikan.
"Gue kecewa sama lo Yo, lo munafik! Jangan jadiin sakit lo itu buat alasan lo cari perhatian ke semua orang! Gue tau sekarang alasan lo di buang sama nyokap lo... Karena lo itu memang nggak pantes dapet kasih sayang! Penyakit lo itu karma buat lo karna udah hancurin keluarga orang, ngerti lo," kata-kata menusuk itu keluar tanpa Bagas sangka dari mulutnya, ia sudah terlanjur marah tanpa tahu melanggar bagaimana janji yang ia buat tidak lama ini.
"Apa itu nggak keterlaluan Gas? Tau apa lo tentang hidup gue? Tau apa lo tentang sakitnya gue? Apa lo pernah ngerasain titik dimana lo paling bawah, dimana lo udah nyerah atas hidup lo?" Suara Fabio bergetar, antara merasakan sakit akan serangan yang ia dapatkan dari jantung cacatnya, dan juga merasakan sakit di hatinya mendapatkan kata-kata tersebut.
"Gue rasa nggak, karna lo pantes, gue tau hidup lo makanya gue ngomong gitu, dan soal sakit lo, udah gue bilang kalo lo cuma karma!" Napas mereka saling beradu sebab terlalu dekat saat Bagas tidak mengendorkan cengkeraman pada kerah baju Fabio. Hingga beberapa saat kemudian, Bagas dengan kasar mendorong Fabio hingga laki-laki yang lebih muda beberapa bulan tersebut terjatuh dengan posisi terduduk.
Bagas berdecih dan melenggang pergi dari sana, tanpa menghiraukan teriakan Najwa yang masih ingin memberikan penjelasan. Melihat kondisi Fabio yang tidak baik-baik saja, Najwa memutuskan untuk tidak mengejar Bagas daripada meninggalkan Fabio disana sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Batas Akhir [END]✓
Fiksi Penggemar"Pada akhirnya, gue kalah dari semesta." Disaat dirinya mati-matian berjuang, namun semesta justru menolak, menyuruhnya untuk menyerah. Lantas apa yang akan Fabio lakukan? Tetap berjuang hingga semesta menerimanya, atau memilih untuk menyerah sepert...