32. Hug Me✧

1.8K 185 11
                                    

Keadaan Fabio sempat drop lagi karena ulah Bagas, Fabio masih merasakan sesak sehingga dari kemarin nasal cannula tidak lepas dari hidungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keadaan Fabio sempat drop lagi karena ulah Bagas, Fabio masih merasakan sesak sehingga dari kemarin nasal cannula tidak lepas dari hidungnya. Kini ia tengah bersandar di bed yang dibuat setengah duduk, dengan Yuni yang telaten menyuapi ia makan.

Rasanya seperti mimpi ketika ia mengetahui jika ia adalah anak hasil hubungan gelap Airin dan Satya, rasanya sakit. Seperti biasanya.

Tak ayal jika Bagas berusaha mencelakai dirinya kemarin, Fabio hanyalah anak perusak hubungan sebuah keluarga, ia pantas mendapatkan semua itu sebab ia hanya anak haram. Cukup sulit memang, mempercayai Satya sebagai ayahnya jika Yuni tidak ikut serta membuat ia percaya.

"Udah Nek, kenyang." Fabio menahan sendok berisi bubur yang akan disuapkan pada mulutnya, Yuni mengerti dan membantu Fabio untuk minum.

"Nek, tolong suruh kak Gama kesini. Bio kangen sama dia." Pinta Fabio, akan lebih nyaman jika ada Gama disini, Fabio merasa terlindungi saja jika ada pemuda itu didekatnya.

"Iya nenek telepon dulu ya," ujarnya lembut, Fabio tersenyum tipis.

Jika memang sang ibu sudah tidak mau dirinya muncul dihadapannya Fabio akan mengalah, lagipula dirinya masih mempunyai orang-orang yang sayang padanya seperti Yuni, Gama, Satya dan Wildan. Mereka sudah cukup untuk Fabio saat ini. Namun sebelum berpisah dengan Airin, Fabio sudah meminta permintaan terakhirnya dan Airin juga sudah menyetujuinya, tinggal menunggu waktu yang tepat.

"Apa yang sekarang kamu rasain Bio, cerita sama nenek, biar nenek bisa bantu kamu," kata Yuni yang mengerti perasaan cucunya. Pasti rasanya masih terasa, ketika mengetahui kebenaran yang mengejutkan.

"Bio nggak tau harus apa Nek, semuanya terjadi tiba-tiba, dari mulai bunda sampai om Satya, semuanya udah berhasil buat Bio jatuh secara mental." Fabio berkata jujur, tidak bohong jika jiwanya ikut terguncang saat ini, untuk tidur saja Fabio takut.

"Apa sesakit itu?"

Fabio mengangguk, tangan kanan menyentuh dadanya dan memandang sendu Yuni, "rasanya lebih sakit daripada disini."

"Maafin nenek Yo." Yuni segera membawa Fabio kedalam pelukannya, dia juga ikut turut membohongi Fabio.

"Bio udah nggak papa Nek, nenek jangan khawatir." Fabio tidak bercerita jika Airin kemarin menemui dirinya, Fabio biarkan itu jadi rahasia baginya.

"Sekarang Bio harus jaga baik-baik tubuh kamu ya, nenek akan lakuin semua untuk kesembuhan kamu, nenek mau kamu sehat terus, Bio masih mau sekolah 'kan?" Bisik Yuni dalam pelukan mereka.

"Heumm, Bio bakal nurut kok. Bio juga masih mau sekolah, Bio janji bakal sembuh."

***

Fabio kira Gama tidak akan datang, namun nyatanya pemuda itu datang membuat Fabio langsung merentangkan tangannya meminta dipeluk, "kak, kangen."

"Kamu itu Yo, bener-bener ya kerjaannya buat orang khawatir." Gama dengan sengaja mencubit pipi Fabio dengan keras hingga sang empu mengadu kesakitan.

"Kaaak, sakit." Rengeknya.

Batas Akhir [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang