lima

56.8K 5.2K 204
                                    

Bagusan mana?

Haju couple

atau

Judy couple




📷 📷 📷





“Bunda minta tolong, bawa ini ke rumahnya Hady.”

“Hah?”

Ini Bunda serius suruh aku ke rumah Mas Hady? Setelah peristiwa memalukan kemarin? Ah, benar juga. Bunda mana tahu. Aku juga tidak punya keberanian menceritakannya pada Bunda. Dan lagi, kalaupun tahu, mustahil Bunda menawarkan diri mengantar makanan itu sendiri. Bunda tidak menerima alasan apa pun.

Bunda memukul pelan lenganku. “Bawa ini, buat makan siang dia di studio. Semalam Hady enggak ke sini. Tadi juga enggak ada.”

Belum juga paper bag itu berpindah ke tanganku, kepalaku sudah lebih dulu merancang skenario sendiri. Aku masuk ke rumahnya dan Mas Hady menyambutku. Wajahku seketika panas membayangkannya.

“Suruh Mas Hady aja yang ke sini, Bun,” tawarku dengan wajah memelas.

Bunda memindahkan paper bag ke tanganku. “Hady pasti bakal nolak. Kamu aja kenapa sih?”

Tamat sudah riwayatku.

“Bunda.”

“Juwi.”

Baiklah. Sejak awal, aku memang tidak punya pilihan selain mengiakan titah Bunda. Dengan berat hati, aku berbalik namun baru beberapa langkah aku berhenti dan menengok Bunda.

“Cepet, Hady keburu berangkat nanti.”

Dalam setiap langkah yang kuambil, aku terus berpikir reaksi atau ekspresi apa yang nantinya harus kutunjukkan di hadapan Mas Hady. Bersikap seperti biasa dan menganggap seakan tidak terjadi hal memalukan kemarin. Atau, memasang tampang datar lalu pamit secepat mungkin. Atau, ah! Aku tinggalkan saja makanan ini di depan rumahnya.

Aku membekap mulutku yang terbuka karena bangga pada diriku yang bisa memikirkan ide secemerlang itu. Di pilihan ketiga, aku tidak perlu bertatap muka dengan Mas Hady. Langkahku mendadak jadi ringan.

Sesampainya di rumah Mas Hady, aku menempelkan telingaku di daun pintu. Hening tapi mobilnya masih ada. Sesuai rencana, aku menaruh paper bag tadi di depan pintunya. Jadi, begitu Mas Hady keluar, ia akan mengambilnya.

Aku lalu berbalik dan sialnya Mas Hady ada di sana. Tengah berjalan cepat memasuki halaman rumahnya. Aku menarik kedua tanganku ke belakang, menekuk lutut dan mengambil kembali paper bag-nya.

“Oh, Ju. Ayo masuk.” Mas Hady melewatiku dan masuk ke rumahnya.

Tidak ada rasa canggung dari nada suara dan sikapnya. Jadi, maksudnya cuma aku yang mati-matian memikirkan kejadian kemarin?

“Juwi!” panggil Mas Hady.

Akhirnya aku masuk. Rencanaku gagal. Aku berhenti di depan kamar Mas Hady yang terbuka dan melihatnya mondar-mandir memasukkan barang ke dalam tas ranselnya.

“Mas tadi dari mana?” tanyaku basa-basi.

Mas Hady mendongak sebentar lalu kembali pada kesibukannya. “Beli roti buat sarapan.”

“Kenapa tadi enggak ke rumah?”

“Aku buru-buru, Ju.”

Iya, buru-buru karena dia telat bangun. Kebiasaan Mas Hady yang ternyata belum hilang sampai sekarang. Aku bahkan masih ingat saat masih SMA, Bunda sering ke rumah Mas Hady untuk membangunkannya. Tapi, bukan berarti selalu, ya.

Movember [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang