delapan

48.5K 4.8K 22
                                    

Happy reading❤️



📷 📷 📷




Mas Rian
Juwi, aku boleh vc?

Aku membenamkan wajahku ke bantal setelah membaca pesan dari Mas Rian. Dari lubuk hati terdalam, aku juga mau VC Mas! Lumayan kan bisa cuci mata, siapa tahu juga sakit di kaki dan gusiku bisa mereda.

Saat VC terakhir kali dan kecelakaan itu terjadi, aku lupa masih tersambung dengan Mas Rian. Mungkin karena terlalu lama menunggu, Mas Rian memutuskannya. Aku baru tahu begitu masuk kamar hampir tengah malam.

Keesokan harinya, sebelum berangkat ke dokter gigi, aku mengirim pesan permintaan maaf. Tapi, aku tidak menceritakan kecelakaan yang membuatku kesulitan berjalan. Aku beralasan ada hal penting yang harus aku lakukan.

Dan, hari ini. Aku tidak bisa menunjukkan wajahku pada Mas Rian. Pipiku bengkak sebelah seperti habis disengat lebah. Kan, malu! Mas Rian tampan paripurna, nah aku?

Juwi
Mas, aku habis cabut gigi. Pipiku bengkak

Mas Rian
Ya enggak apa-apa.

Juwi
Besok aja, ya? Mungkin udah enggak begitu bengkak

Mas Rian
Janji?

Juwi
Tenang, Mas. Aku selalu nepatin janji

Mas Rian
Oh iya, minggu nanti kita jadi ketemu, kan?

Ujung bibirku terangkat pelan. Kayaknya Mas Rian udah kangen banget sama aku. Aku mengulum bibirku sembari membalas pesannya.

Juwi
Jadi kok, Mas.

Mas Rian
Kita bisa cari tempat makan yang aman buat gusi kamu. Habis itu, kita nonton.

Masih ada dua hari sebelum hari Minggu, sepertinya aku harus membeli baju baru. Kali ini, aku dan Mas Rian harus benar-benar menikmati waktu berdua. Tanpa ada gangguan panggilan tiba-tiba dari atasan dan.. Mas Hady.

Orang itu tidak boleh lihat aku keluar. Aku akan memikirkan caranya nanti, sekarang aku akan menikmati waktu bersama Mas Rian. Walau tidak begitu lama karena Mas Rian menggunakan waktu makan siangnya, aku tetap senang.

Setelah Mas Rian kembali bekerja, aku yang bosan tinggal di dalam kamar memutuskan keluar. Keseleoku sudah sembuh, jadi bisalah jalan pelan-pelan. Masalahnya tinggal lututku yang sakit jika ditekuk dan warnanya yang agak mengganggu.

Tujuanku siang ini adalah rumah teman satu sekolahku. Namanya Amel. Rumah kami hanya dipisahkan dua rumah. Sejak dulu, jika bosan di rumah dan malas jalan jauh, aku akan ke rumahnya. Tapi, Amel jarang ke rumahku. Itu karena dia kadang menjaga warungnya.

“Mel!” Aku duduk di kursi depan warung.

Perempuan berambut ikal itu muncul dari belakang etalase rokok di dalam sana dan menghampiriku. “Kakimu udah sembuh?”

“Tau dari Mama kamu, ya?”

“Iya, lah,” Amel mengambil kursi plastik dan duduk di sebelahku, “Mama aku sama Bunda kamu kan satu perkumpulan.”

Sudah rahasia umum jika kejadian apa pun di sekitar sini, akan sangat cepat tersebar. Dan itu semua berkat Bunda dan para teman-temannya.

“Pipi kamu kejedot juga pas jatuh?” tanya Amel lagi.

Sebelah tanganku terangkat memegang pipiku tanpa sadar. “Enggak. Ini habis dicabut.”

“Oh, kirain. Kamu apes banget sih.”

Movember [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang