Semalam kulupa update cuy!🙏
Hari ini aku kasih dua chapter dehHappy reading ❤️
📷 📷 📷
Meski waktu berdua dengan Adit cuma sebentar, aku tetap puas. Sebenarnya penerimaan Adit saja sudah sangat aku syukuri. Keajaiban yang Sofia katakan tempo hari ternyata benar adanya. Kejadian kemarin otomatis terputar di kepalaku. Adegan di mana Adit pertama kali mengajakku bicara.
“Hah?”
Adit tersenyum samar sambil mengusap tengkuknya. “Aku nanya ka—”
“Stop!” Aku menggeleng. “Aku bukannya enggak denger, Dit. Itu reaksi kalau aku kaget.”
Adit mengangguk-angguk. “Jadi?”
“Aku enggak sibuk. Kenapa?”
“Kalau aku ajak jalan, kamu mau enggak?”
“Mau, lah!” jawabku tanpa pikir panjang.
Dalam kamusku, tidak ada yang namanya tarik ulur. Kalau aku memang suka, ya terima ajakannya. Kalau tidak suka, tolak. Hidup sesederhana itu kawan-kawan, jangan dibikin ribet. Berpikir terlalu lama hanya akan membuat Adit berpikir aku tidak terlalu tertarik.
“Juwi, ayo,” ajak Adit masuk ke studio.
Ini alasan aku dan Adit tidak bisa lama menikmati waktu berdua. Di tengah pembahasan kami yang semakin mencair, Adit dihubungi oleh A’ Fajar. Meminta Adit untuk segera meluncur ke studio karena Adam yang harusnya menemani A’ Fajar mengurus foto prewedding malah tidak bisa ikut. Jadilah Adit yang diminta ikut.
Bohong kalau aku bilang tidak kesal dengan A’ Fajar. Tapi mau bagaimana lagi? Pekerjaan tetaplah pekerjaan. Meski hari bersejarah bersama Adit cuma sebentar, akan kucoba mengerti.
“Ah, iya.” Aku mengekor di belakangnya.
Sebelum memutuskan ikut ke studio, aku sudah bertanya pada Adit. Apa Mas Hady ada di sana. Kalau ada, aku ikut dan nanti pulang bersama Mas Hady daripada Adit harus mengantarku pulang dan kembali lagi ke studio.
Aku jadi bertanya-tanya, bagaimana respons Mas Hady saat aku tahu aku dan Adit datang bersama. Pasalnya, Mas Hady sudah keluar ketika Adit datang ke rumahku. Ajakan Adit kemarin juga tidak aku ceritakan pada Mas Hady.
Begitu kami sampai di dalam, ternyata peralatannya telah siap. Jadi, tanpa basa-basi Adit membantu A’ Fajar dan Dika mengangkutnya ke mobil. Ketika A’ Fajar melewatiku, dia sempat tersenyum. Aku tahu arti tatapan dan senyum itu.
“Juwi.”
Panggilan Mas Hady yang tengah berdiri di tengah-tengah ruangan mengalihkan perhatianku. “Iya, Mas?” sahutku sambil melangkah cepat mendekatinya.
“Dari mana? Kok bisa bareng Adit?” Mas Hady mengendik ke arah Adit yang baru saja keluar dengan barang bawaannya.
“Nanti aja ceritanya. Mas, mau pulang, kan?”
Mas Hady mengangguk pelan. “Iya.”
“Kalau Mas, kenapa ada di sini?” tanyaku mengingat dia baru saja sembuh.
“Mau bantuin Fajar tapi dilarang sama dia.”
Aku menjinjit lalu mengusap pelan pucuk kepala Mas Hady. “Mas tuh belum sembuh total, kita pulang aja, ya?” kataku dengan nada seperti berbicara pada anak kecil.
Mas Hady menangkap tanganku dan menarikku keluar studio. Di luar ternyata Adit dan yang lain telah selesai memasukkan barang. Aku melambaikan tangan pada Adit sebelum dia masuk ke mobil. Adit membalasnya malu-malu sambil melirik Mas Hady yang berdiri di sebelahku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Movember [TAMAT]
ChickLitDibantu temannya, Juwi bertekad move on dan mencari pengganti setelah putus dari pacar sejak SMP-nya. Targetnya sebulan. Mulai dari berkenalan dengan kakak temannya, mencari diaplikasi dating, sampai salah satu temannya menyarankan Juwi mempertimban...