tiga puluh sembilan

45.2K 4.6K 207
                                    

Siap-siap besok kita pisah sama Juwi Hady.🫂

Happy reading❤️



📷 📷 📷




Mas Hady sudah menyelesaikan pekerjaannya dan besok akan kembali ke Bandung. Walau agak sulit melepasnya, tapi ya mau bagaimana lagi. Mas Hady kerjanya di Bandung, akunya kuliah di Jakarta. Mau tidak mau aku bakal jadi pejuang LDR.

Belum ditinggal saja aku sudah memikirkan untuk pulang ke Bandung jika libur panjang nanti. Tapi memang harus dipikirkan mulai sekarang. Kalau tidak, hubunganku bisa saja meregang karena tidak pernah bertemu. Cukup sekali aku gagal, kali ini harus berhasil.

“Enggak diangkat,” gumamku.

“Coba lagi,” kata Mas Hady.

Sekali lagi aku menghubungi Kak Uta. Malam ini akhirnya kami sepakat mengumumkan hubungan kami pada Kak Uta, karena merasa Kak Uta lebih santai. Paling cuma kaget sebentar, tapi tidak sampai mempermasalahkan.

Mas Hady juga bilang, tidak enak jika tidak ada satu pun anggota keluargaku yang tahu. Makanya kami memilih Kak Uta sebelum Mas Hady kembali ke Bandung. Sementara Bunda dan Papa masih dalam pertimbangan.

“Diangkat, Mas!” Aku bergeser merapat ke Mas Hady lalu menjauhkan ponsel agar Kak Uta bisa melihatku dan Mas Hady.

“Kak Uta di mana?” tanyaku setelah melihat latarnya yang tidak tampak seperti kamarnya.

Kak Uta tidak menjawab, tapi mengarahkan kamera ke samping. Dibalik kemudi, A’ Galih menoleh singkat sambil tersenyum. Ah, mereka habis jalan. Pantas susah dihubungi. “Kalian berdua kenapa?”

Aku menoleh. “Mas yang ngomong atau aku?”

“Aku aja,” balas Mas Hady.

Aku mengangguk dan menyerahkan ponselku pada Mas Hady.

“Ta,” panggil Mas Hady.

Apa sih? Kalian kok serius banget.”

“Aku sama Juwi pacaran.” Singkat, padat, dan jelas.

Aku meringis tanpa sadar, Mas Hady enggak ada basa-basinya sama sekali. Aku lalu mengintip layar, ingin tahu respons Kak Uta. Matanya sih tidak melotot, tapi Kak Uta cuma diam. “Kak?”

Kak Uta menoleh ke arah calon suaminya. “Yang, Hady sama Juwi pacaran.”

Hah? Kok bisa?”

Bukan Kak Uta, yang kaget justru A’ Galih. Tapi selanjutnya kudengar Kak Uta tertawa. “Hady, hal apa yang kamu suka dari adik aku?”

Aku merampas ponselku dari tangan Mas Hady. “Kak, kamu enggak tau aja pesona aku di mata laki-laki.”

Pesona mulut tanpa saringan.” Kak Uta tertawa lagi. “Eh, tapi selamat, ya.”

“Kak Uta kok enggak kaget?”

Kak Uta mengedikan bahu. “Emm, kemungkinannya emang besar. Entah itu aku atau kamu yang kecantol sama Hady karena terbiasa lihat dia. Untungnya bukan aku sih.”

“Aku juga enggak pernah punya perasaan sama kamu, Ta,” sela Mas Hady.

Bagus deh, adik ipar,” goda Kak Uta.

“Kak, aku baru pacaran sama Mas Hady belum pengen nikah.”

“Siapa yang pacaran?”

Aku, Mas Hady, maupun Kak Uta sama-sama kaget ketika ada suara yang menyela. Refleks aku menengok dan mendapati sosok Papa yang berdiri tak jauh di belakang. Keningnya mengernyit menatapku dan Mas Hady bergantian.

Movember [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang