tujuh

47.7K 4.9K 153
                                    

Hari Senin, saatnya baca Movember🎉
Btw, jangan kebanyakan makan daging guys. Ingat kolestrol 🤣🤣✌️

Happy reading❤️




📷 📷 📷





“Hai, Mas.”

Dua hari berlalu dari hari di mana aku bertemu dengan Mas Rian. Sebenarnya malam itu aku mengirim pesan padanya. Tapi, Mas Rian meminta maaf karena tidak bisa berkabar beberapa hari ke depan. Katanya, ia akan sibuk. Dan sore ini, Mas Rian baru sempat menghubungiku. Video call pula.

“Juwi, apa kabar?” Mas Rian masih berada di kantor. Ponselnya saja diletakkan begitu saja dan hanya sesekali melirik. Pandangan dan jari-jarinya sibuk pada laptop di depannya.

“Baik. Kalau, Mas?”

“Baik juga. Cuma memang banyak kerjaan aja,” jawabnya sambil tersenyum samar.

“Mas masih di kantor, kan?” tanyaku pelan.

Mas Rian melirik sebentar sembari mengangguk. “Iya. Aku mau beresin biar besok enggak numpuk.”

“Kalau gitu VC-nya nanti aja. Malu didenger sama temen-temennya Mas.”

Mas Rian tertawa namun jemarinya tetap sibuk menari di atas keyboard. “Aku sendiri. Mereka semua udah pulang.”

Aku mengangguk-angguk. Uh, manisnya. Mas Rian menyempatkan untuk menghubungiku padahal masih ada yang mesti ia kerjakan. Tanpa sadar aku membandingkannya dengan Farraz.

“Oh iya, Juwi.”

“Iya, Mas?”

“Minggu nanti ketemu, yuk!” Mas Rian menghentikan kesibukannya lalu mendekatkan wajahnya ke layar.

“Boleh. Aku enggak sibuk kok, Mas.”

Mas Rian mengernyit. “Kamu lagi sakit gigi?”

Tanganku terangkat menutup pipi kiriku dengan alis terangkat tinggi. “Kok tau?”

“Pipi kamu agak bengkak.”

Mas Rian sebegitunya memperhatikanku. Bengkaknya tidak terlalu kentara loh tapi Mas Rian sadar. Kalau Mas Rian menyatakan perasaan hari ini, aku berani menerimanya. “Iya, Mas. Gigi bungsuku tumbuh. Tapi, besok aku mau cabut.”

Akibat bisikan dari Mas Hady, Bunda terpengaruh dan menyarankan agar aku mencabutnya. Aku bukannya pasrah-pasrah saja atas saran Bunda tapi memang aku cukup tersiksa jadi ya mending dicabut.

“Pasti kamu kesiksa banget.”

Gopud!”

Aku menengok pintu kamarku setelah mendengar teriakan barusan. Burgerku! Bunda sedang keluar, mau tidak mau aku yang harus keluar. Tapi kan aku lagi video call sama Mas Rian.

“Mas, aku keluar sebentar, ya,” pamitku dengan wajah menyesal.

“Iya, aku tungguin,” balasnya mengedipkan sebelah matanya.

Kulihat ada panah dengan ujung berbentuk hati keluar dari layar ponsel lalu menancap di dadaku. Aku membekap mulutku yang menganga. Mas Rian berhasil membuatku sulit berkata-kata.

Gopud!”

Dengan hati berbunga-bunga, aku akhirnya buru-buru keluar. Aku tidak boleh membuat Mas Rian menunggu lama. Dia sudah meluangkan waktu berharga. Saat sampai di tiga anak tangga menuju ruang depan, aku masih memacu kakiku hingga entah bagaimana aku hilang keseimbangan.

Kejadiannya berlalu cepat, tahu-tahu aku terjatuh dengan kedua lutut lebih dulu mendarat di lantai. Belum lagi pergelangan kaki kananku yang terlipat.

“Arrgghh! Bundaaaaa!”

Movember [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang