dua puluh

44.1K 4.9K 33
                                    

Kondisi Mas Hady belum membaik. Kepalanya sakit, demamnya naik turun, dan bahkan Mas Hady merasa tubuhnya makin lemah. Kukira obat-obatan yang dikonsumsi kemarin akan manjur karena Mas Hady yang jarang tersentuh obat, nyatanya tidak.

Aku jadi curiga semalam dia tidak langsung tidur begitu aku keluar. Makanya jadi berimbas ke kondisinya.

Kabar baiknya, walaupun Mas Hady masih sakit dia tidak lagi tinggal di kamarku. Yeah! Siang nanti teman Mas Hady datang menjenguk jadi Mas Hady memilih pulang, tidak enak hati kalau temannya bertamu ke rumah. Ya, meski ada sedikit drama dengan Bunda yang tidak mau Mas Hady jauh dari pengawasannya.

Tapi, malah aku yang jadi korbannya. Bunda memang mengizinkan, dengan aku yang terus berada di samping Mas Hady sementara Bunda sedang beberes dan memasak makan siang.

“Mas, geser.”

Mas Hady membuka mata dan menoleh ke arahku yang duduk di dekat tempat tidurnya.

“Mau rebahan, capek tau duduk terus dari tadi.” Aku mengembuskan napas panjang lalu melanjutkan keluh kesahku, “Padahal Mas enggak perlu dijagain, kan?”

Mas Hady bergeser ke ujung tempat tidur baru setelah itu aku naik dan berbaring disisi satunya dengan posisi membelakanginya. “Perlu. Siapa tau aku butuh sesuatu.”

“Mas, tau enggak? Gara-gara demam, semalam Mas ngelantur,” kataku sambil berbalas pesan digrup.

“Kapan?”

“Pas tengah malam.”

“Kalau ingat, itu termasuk ngelantur juga?”

“Kayaknya iya.” Jeda sejenak sebelum aku melanjutkan. “Jangan sakit lagi, Mas, biar enggak ngelantur kayak semalam.”

Selain itu, aku juga yang repot. Belum lagi kalau aku tidak ada, siapa yang bisa menjaganya kalau Bunda ada kerjaan?

“Mas?” panggilku karena suasana mendadak hening.

“Hm?”

“Kok enggak nyahut?”

“Kamu ngomong aja, aku dengerin.”

“Aku ngomong sendiri gitu?”

“Biar rame.”

“Temen Mas jam berapa nyampenya?”

“Habis makan siang mungkin.”

“Siapa aja yang datang?”

“Semua mungkin.”

Sebelumnya yang aku tahu cuma teman Mas Hady akan datang menjenguk, kan? Aku tidak tahu siapa saja yang akan datang tapi sebagai antisipasi, hari ini kaus longgar dan celana training absen dulu. Keputusanku tidak salah ternyata, Adit juga ikut! Aku tidak bisa menahan senyumku.

“Kamu ngapain?” Pertanyaan Mas Hady membuyarkan lamunanku tentang Adit.

Chat-an sama temen.”

“Adit?”

Aku menghadapkan tubuhku ke arah Mas Hady dengan dahi mengernyit dalam. Mungkin di matanya saat ini, semua yang aku lakukan selalu tentang Adit. “Temen kuliah, nih!” balasku memperlihatkan room chat diponselku.

“Mereka yang VC bareng kamu waktu itu?”

Mataku melebar. “Oh! Iya, iya. Yang bilang Mas ganteng padahal biasa-biasa aja.”

Mas Hady tersenyum lemah. “Siapa yang bilang?”

“Namanya Ajeng. Ini orangnya,” kataku sambil bergeser mendekat lalu menunjukkan foto Ajeng. “Orang bilang dia sebelas dua belas sama aku, Mas.”

Movember [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang