Sebut saja dia Juan. Nama pria yang akan memenuhi seluruh rangkaian cerita ini. Teman bangku sekolah dasar yang memang cukup dekat denganku. Kami sekadar teman masa kecil yang kebetulan mendapat kesempatan mengukir takdir.
Lalu aku adalah Clairy, perempuan yang dianggap memiliki banyak teman padahal sebenarnya tidak. Aku pemilik cerita ini.
Malam tadi Juan secara tiba-tiba menanyakan kabar padaku. Kami memang cukup akrab, meski sekadar bertukar kabar melalui media sosial. Tak seperti pesan-pesan sebelumnya, kali ini Juan mengajakku untuk pergi ke suatu pantai bersama Mahen.
Siapa Mahen? Dia teman kami. Laki-laki yang selalu ada di tempatku menuntut ilmu. TK sampai SMA, dia selalu bersamaku.
Jika ajakan Juan aku terima, itu bisa menjadi pertemuan pertama kami setelah lulus dari sekolah dasar. Kalau diantara Juan dan Mahen mereka sering bertemu karena keduanya memiliki hobi yang sama.
"Gue gak tau rumah lo, Clair." isi pesannya saat itu. Ya, tentu saja kami memang tidak sedekat itu untuk saling tahu rumah masing-masing. Tak ambil pusing, aku membalasnya "Kita ketemuan di rumah Mahen aja."
Hari itu tiba, kami bertemu di rumah Mahen dengan aku yang membawa helm dan jaket mengikuti saran Juan. Sesampainya di rumah Mahen, aku dapat mendengar suara Juan yang sudah lama tidak tertangkap indraku.
"Juan!" hebohku menepuk pundaknya dari belakang.
Juan hanya tersenyum nyengir tak kalah girang. Dia tidak berubah sama sekali, hanya ukuran badannya saja yang lebih besar. Selebihnya sama saja, pikirku.
Tanpa banyak basa-basi kami berangkat dengan aku yang dibonceng Juan, kata Juan "Lo kan udah sering dibonceng Mahen,".
Hal lain yang aku tahu, Juan ini sudah punya pacar. So, aku tahu batasanku. Aku duduk berjarak di belakang jok motornya. Sebisa mungkin untuk tidak menyentuh even di pundaknya seperti bapak-bapak yang sedang dibonceng, haha.
"Kenapa tiba-tiba ngajakin main?" tanyaku di perjalanan.
"Kita udah lama banget gak ketemu Clair, oh iya lo itu satu-satunya temen SD perempuan yang masih berhubungan baik sama gue loh. Selain lo, kayaknya nggak ada deh." jawabnya samar-samar.
Aku tidak langsung percaya dengan pernyataannya baru saja. Aku menyebutkan beberapa teman-teman SD kami yang lain yang mana kutahu mereka sempat satu sekolah dengannya.
"Ya kalau mereka kan karena se-sekolahan lagi. Kalau lo tuh bener-bener nggak pernah ketemu tapi masih agak rajin bertukar kabar Clair." iya juga sih, pikirku.
Mahen juga punya pacar, tapi hari ini pacarnya ternyata tidak bisa ikut karena harus pergi ke Gereja. Aku kenal baik dengan pacar Mahen karena dia sering curhat dan menanyakan keberadaan Mahen kalau dia sedang tidak membalas pesannya.
Contohnya, "Clairy, Mahen bareng sama kamu gak hari ini? Dia lagi ngapain sih kok pesanku gak dibales?" nah, kalau sudah seperti itu aku akan langsung menyenggol siku Mahen dan meyodorkan ponselku. Jadi burung pembawa pesan itu sangat merepotkan teman-teman. Alasan Mahen pasti karena paketannya habis, ditambah nasib kelas kami yang tidak bisa terjangkau Wifi sekolah. Alasan kedua pasti Mahen sedang tidur. Entah di meja atau di lantai paling pojok kelas kami. Sebenarnya kami ini sama, tukang tidur.
Kembali ke perjalanan kami ke pantai, ternyata kami sudah sampai dan sayangnya pantai sedang surut. Alhasil pantai kering. Kami berjalan turun dari motor, menikmati apa yang bisa dinikmati. Mahen asik mengambil gambar lewat ponselnya untuk dikirimkan ke pacarnya. Such a bucin, right?
Suddenly, Juan bercerita mengenai hubungannya dengan pacarnya. Awalnya kupikir apa aku sedekat itu dengan Juan sampai ia tiba-tiba bercerita mengenai hubungan mereka? Singkatnya, Juan percaya bahwa pacarnya sudah memiliki orang lain selain dirinya—berdasar dari spekulasinya dan hari ini pacar Juan akan bertandang ke kota kami. Ia diminta untuk menjemputnya di bandara sore ini, bingunglah Juan.
Sebagai teman aku memberikan nasehat dan saran-saran yang baik meskipun sebenarnya soal cinta aku juga selalu remedial.
"Cobaan pasangan LDR emang kaya gitu gak sih Ju, lo kan cowok harusnya bisa mengawali komunikasi yang baik. Coba ketemu, diomongin baik-baik. Siapa tahu salah paham aja." kataku.
Juan hanya mengangguk tampak mendengarkan. "Tapi kayak emang udah gak sejalan Clair. Dia udah berubah banget."
Aku menggeleng, "Jemput aja ke bandara. Diobrolin baik-baik kan bisa? Masih keburu kok, nanti gue pulang bareng Mahen aja."
Dari perbincangan di pantai sore itu, siapa sangka kalau akhirnya kami akan sering bertemu di lain kesempatan dan menemukan banyak kejadian yang tak terduga?
JUAN
MAHEN
KAMU SEDANG MEMBACA
turn into a strangers. (END)
ChickLitApakah akan berbeda jika "kita" di antara aku dan kamu tidak pernah ada? Di sinilah aku, untuk mengingatkanmu tentang bagaimana kita menjadi orang asing. Would it really make a difference if we didn't exist? Here I am, to remind you how we turn into...