Pasca kejadian yang membuat Clairy "kabur", baik Clairy maupun ibunya sama sekali tak lagi membahas Abimanu. Hari itu Clairy pulang ke rumah dengan perasaan masih marah. Terlebih, ternyata berita itu sudah masuk ke telinga keluarganya. Berbagai macam hasutan ia dengar, mendukung Clairy agar mau berkenalan dengan Abimanu sang pria mapan di usia muda. Lagi-lagi Clairy menolak tegas, ini hidupnya dan ia tidak mau orang lain yang menentukan.
Semenjak saat itu juga, hubungan Juan dan Clairy menjadi sedikit berbeda. Juan yang sudah jarang memberinya kabar, kini lebih jarang lagi. Bahkan jika biasanya setidaknya ia mengirimkan sebuah pesan pada Clairy perharinya, tapi sejak kejadian itu Juan tidak pernah mengirimi pesan terlebih dahulu. Selalu Clairy yang memulai.
Clairy ingin menyelesaikan masalah mereka, tapi Juan berkata bahwa tidak ada yang perlu diselesaikan. Juan dan Clairy baik-baik saja, pikir Juan.
Clairy sore ini sudah memiliki janji untuk menemani Ucha ngonser di suatu acara musik yang diselenggarakan oleh salah satu fakultas di kampus mereka.
Clairy yang tidak pernah sekalipun datang ke konser sebenarnya tidak mau. Ia tidak suka berdesak-desakan dan bersenggolan dengan banyak orang.
Tapi Ucha memaksa. Bahkan ia telah membelikannya tiket. Alhasil Clairy hanya bisa menurutinya, ia juga tidak akan membuang tiket yang sudah terlanjur diberikan kepadanya.
Clairy menelepon Juan.
"Sayang, sore ini aku mau ngonser sama temen."
"Oke,"
"Kamu gak tanya sama siapa or konser apa?"
"Sama temen kan?"
"Iya."
Kemudian hening. Clairy sudah memejamkan matanya. Sudah berhari-hari komunikasi mereka berantakan.
"Aku ada salah sama kamu? Kenapa cara bicara kamu beda? Seinget aku, aku udah minta maaf soal yang waktu itu." cecar Clairy di ujung telepon.
"Nothing. Aku cuma lagi ada masalah lain. Tapi aku belum bisa cerita."
Lagi. Alasan itu kembali muncul untuk ketiga kalinya. Juan selalu beralasan bahwa ia sedang ada masalah yang belum mampu ia ceritakan ke Clairy.
"Aku udah bilang, omongan Ibu jangan pernah dipikirin. Aku gak akan pernah mau ketemu sama dia." kata Clairy.
"Kayanya we had to end this call. Aku ada kerjaan, kamu take care ya."
Lagi. Juan kabur dari pembahasan. Laki-laki itu sudah melakukannya berkali-kali dan jujur Clairy sangat marah. Tapi ia paham bahwa letak kesalahan ada pada dirinya.
•turnintoastrangers•
Hingga konser berakhir, Clairy melihat jam di tangannya menunjukkan pukul dua dini hari. Tidak ada pesan masuk dari kekasihnya. Padahal, biasanya Juan akan terus menanyakan keberadaan Clairy jika ia telah memberi kabar bahwa ia akan pergi, seperti
"Udah pulang?"
"Kenapa belum pulang?"
"Sayang, udah malem."
"Masih lama di luarnya?"
Clairy menghembuskan napasnya kasar, ada sedikit nyeri di hatinya ketika memikirkan hubungannya dengan Juan yang tiba-tiba berubah seperti ini.
"Kenapa?" tanya Ucha ketika mereka sedang beraris menuju gerbang keluar.
"Juan kenapa gak nanyain gue udah balik apa belum ya,"
"Lo yang chat duluan lah." balas Ucha singkat.
Seperti kata Ucha, Clairy mencoba mengirim pesan pada Juan memberi kabar bahwa ia baru saja keluar dari lokasi konser.
"Sayang, aku br aja kluar, wkwkw ngonser super fun ternyata."
Begitulah kira-kira isi pesan dari Clairy dan tak lama ia mendapatkan balasan.
"Hati-hati pulangnya"
Clairy tersenyum getir. Dimana Juan yang sangat posesif? Dimana Juan yang sangat khawatir jika Clairy keluar sendirian? Dimana Juan yang beberapa bulan lalu meminta hatinya untuk ia percayakan padanya?
"Ayo balik. Gue malem ini nginep di tempat lo." Clairy menyenggol siku Ucha yang langkahnya berhasil ia susul
KAMU SEDANG MEMBACA
turn into a strangers. (END)
ChickLitApakah akan berbeda jika "kita" di antara aku dan kamu tidak pernah ada? Di sinilah aku, untuk mengingatkanmu tentang bagaimana kita menjadi orang asing. Would it really make a difference if we didn't exist? Here I am, to remind you how we turn into...