rest in peace.

83 11 2
                                    

"Lagian, lo ngapain juga si Clair berurusan sama Kak Abim. Ocha tadi pagi bener-bener kaya orang kesetanan pas liat katanya ada dompet lo ketinggalan di mobil Kak Abim."

Sepulang kuliah, Ucha mampir ke unit milik Clairy untuk mengembalikan dompet Clairy yang dititipkan oleh Abimana padanya.

"Gue pesen taksi online, yang dateng dia. Mana gue tahu kalau Kak Abim kerja sampingan?" balas Clairy bodo amat.

Perempuan itu berjalan sambil membawa dua botol minuman dingin yang ia mabil dari lemari es miliknya.

Satu botol untuknya, satu botol lagi untuk Ucha.

"Kelinci lo mana?" tanya Ucha mencari keberadaan kedua makhluk kecil milik Clairy.

"Ada di pos satpam. Gue titipin sana kemarin, belum gue ambil."

Ucha mengangguk menanggapi. Jadwal mereka berdua sebenarnya mengerjakan sebuah video tetapi karena Ucha tahu jika Clairy baru saja dari rumah sakit, ia urungkan niatnya untuk mengejar Clairy mengerjakan tugasnya.

"Pinjem ponsel dong Clair, mau buka instagram."

Clairy menyerahkan ponselnya pada Ucha yang kemudian memasukkan akun instagramkan ke ponsel milik Clairy.

"Lo gak pegang akun instagramnya Juan?" tanya Ucha ketika menyadari di ponsel milik Clairy tidak ada akun lain yang terdaftar.

"Nope. Ngapain," balas Clairy mengedikkan bahu.

"Ih kita mah harus pasang standar ganda Clair, lo gak boleh terlalu percaya sama orang."

"Gue udah kenal dia dari SD. Gue kenal keluarganya, dia punya gue, itu udah cukup."

"Gak bisa cuma itu. Lo harus inget, kalian itu jauhan. Mungkin lo emang cakep, tapi mana tahu ada yang bikin dia nyaman di sana?"

Clairy menerbitkan senyum tipis di sudut bibirnya, matanya kosong menatap ke depan.

"Katanya dia udah bosen gonta-ganti cewek. Dia udah mau serius sama gue."

"Terserah lo deh, gue bukannya pengen lo meragukan Juan tapi cuma ya gue pengen lo waspada juga."

Clairy melirik ke arah Ucha. Kemudian ia menyunggingkan senyum lagi.

"Thanks ya, udah khawatir sama gue. Tapi gue percaya kok sama Juan."

•turnintoastrangers•

Sepeninggal Ucha, pikiran Clairy dipenuhi prasangka buruk mengenai Juan. Benar, Clairy tidak seharusnya setenang ini.

Suara bel membuat lamunannya buyar, Clairy bergegas menuju pintu dan menemui tamunya.

"Mbak, kelincinya ini kenapa diem aja ya? Kayanya sakit."

Clairy mendelik ketika melihat kedua anaknya tampak lemas dengan napas yang tersenggal.

"Pak taruh di bawah saja."

Setelah kandangnya ia masukkan ke dalam unitnya, hal pertama yang Clairy lakukan adalah memeriksa perut kelincinya.

"Kembung," batinnya.

"Luna, Leon.. Maafin Mama ya,"

Hal kedua yang ia sadari adalah ada bekas daun kangkung di kandangnya. Pasti ada yang memberi mereka makan kangkung.

Dengan cekatan Clairy memindahkan keduanya ke kandang yang lebih kecil untuk ia bawa menuju dokter hewan terdekat.

Di perjalanan, tepatnya di dalam sebuah taksi Clairy tak henti-hentinya melihat kondisi kedua peliharaannya. Tampak mata mereka mengisyaratkan penuh kesakitan.

Clairy tidak menyalahkan siapapun yang memberikan kangkung pada mereka berdua. Mutlak ini kesalahannya karena sering menitipkan mereka ke pos satpam yang mana akan banyak penghuni yang melinat dua kelinci ini.

Setibanya di klinik hewan tujuan Clairy, ia membawa kedua peliharaannya memasuki ruangan bernuansa biru itu.

Seorang dengan pakaian serba putih menghampiri mereka.

"Dok, mereka kayanya kembung. Lemes banget begini dari tadi."

Selagi dokter hewan memeriksa kondisi kedua kelincinya, Clairy mencoba menghubungi Juan. Beberapa kali, tetapi dari keterangan Juan sedang dalam panggilan lain.

Clairy hanya ingin memberi tahu keadaan kedua kelincinya, pikir Clairy. Ia kemudian mengirimkan sebuah pesan pada Juan mengabarkan bahwa kelincinya sakit dan sekarang ia sedang berada di klinik untuk memeriksakan mereka.

Setelah pesan itu terkirim, Clairy dipanggil oleh salah seorang perawat.

"Kak, maaf kelincinya tidak bisa kami selamatkan. Terlalu banyak gas di perutnya, dan mereka terlalu terlambat mendapat penanganan."

Seketika kaki Clairy rasanya lemas. Bahkan baru beberapa bulan mereka bersama, tetapi sudah harus berpisah seperti ini.

Kemudian, sekilas ingatan akan perkataan satpam apartemennya muncul di otak Clairy. Jika hewan yang diberikan oleh pasangan mati, maka hubungannya tak lama juga akan mati.

Clairy menggelengkan kepalanya, dari awal ia sudah memutuskan untuk tidak mempercayai perkataan tersebut. Harusnya hari ini ia tetap teguh dengan kepercayaannya.

"Baik, saya bawa pulang mereka."

Clairy pulang dengan sebuah kotak berisi kedua kelincinya yang sudah mati dan sudah dibungkus kain putih.

"Maafin Mama ya," bisik Clairy mengingat bagaimana kedua makhluk berbulu itu pertama kali memasuki apartemennya.

turn into a strangers. (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang