Ibuku memenuhi janjinya untuk memberikan izin padaku yang ingin tinggal sendiri. Akhirnya aku bisa menyewa apartemen dengan uangku sendiri setelah sekian lama mengumpulkan uang. Selain bersekolah, aku memiliki bisnis kecil-kecilan yang lumayan untuk menopang hidupku sendiri.
Acara pindahan ini tidak ada yang tahu kecuali keluargaku. Tapi sialnya, semalam aku bertemu dengan Jefri di supermarket dan kami berbincang cukup lama. Dia penasaran dengan aku yang membeli barang-barang rumahpun akhirnya tahu kalau aku akan tinggal sendiri.
Rencana ini dulu sering kami bicarakan ketika aku dan Jefri masih menjalin hubungan. Aku selalu berkata bahwa aku sangat ingin tinggal sendiri dan mencoba mengurus diriku sendiri.
Singkat cerita dari pertemuan semalam, Jefri menawarkan bantuannya dalam agenda pindahanku. Aku yang sepertinya butuh banyak bantuanpun akhirnya menerima tawaran Jefri.
Jefri datang dengan mobilnya, membantu mengeluarkan koper-koperku dan memasukkan ke dalam bagasi dengan cepat.
"Makin ganteng kan kalau bermanfaat gini." godaku ketika kami telah selesai memasukkan barang-barangku ke dalam mobilnya.
"Kamu baru sadar?"
"Udah dari dulu sih, tapi sayang gak jodoh."
"Sorry, aku udah ada jodohnya. Ayo cabut."
•turnintoastangers•
"Aku boleh mampir sesuka hati dong kalau kamu udah tinggal sendiri gini?"
Aku tertawa ringan menjawab pertanyaan Jefri. Sembari menyeruput boba, kami melihat ruang apartemenku yang sudah selesai diatur.
Jefri banyak membantu, ia memang selalu dapat diandalkan selama ini. Bahkan dulu tugas-tugas sekolahku tak jarang ia yang mengerjakan.
"Makasih ya, udah bantu hari ini." kataku.
"Masa makasih doang? Jalan-jalan dong, udah lama kita gak jalan."
Meskipun badan kami cukup lelah, tapi kami memutuskan untuk keluar setelah urusan apartemen benar-benar selesai.
Lelaki super redflag bernama Jefri ini sebenarnya sangat asik orangnya. Dia tidak pernah kehabisan ide untuk menciptakan waktu berdua. Hanya saja, karena kesibukannya dan ketidakjelasannya kami sempat bertengkar hebat. Namun satu bulan yang lalu aku dan Jefri memilih untuk berdamai kemudian berteman.
Sama persis seperti ucapan Mahen beberapa hari lalu, aku dengan bodoh dan mudahnya memaafkan laki-laki yang kini sedang duduk di kursi kemudi ini bahkan setelah ia pergi meninggalkanku tanpa kabar.
Aku meliriknya sekilas, jika dipikir ulang kami berdua memang sangat tidak cocok. Salah satu yang membuat kami tidak cocok adalah sifatnya yang super protektif. Bahkan dulu ia sangat tidak suka jika aku terlihat bersama Mahen. Alhasil Mahen dan Jefri tidak pernah saling sapa. Jefri yang super sibuk jarang memberiku kabar, dia juga hobi sekali menghilang. Hingga pada akhirnya aku menyerah. Aku tidak akan kuat dengan lelaki seperti dia, bisa-bisa aku mati penasaran dan dikekang.
Di ujung cerita, setelah berminggu-minggu tak ada kabar ia memintaku untuk menemuinya dan kami berbicara dua arah. Mengurai permasalahan kami berdua. Jefri menceritakan apa saja yang ia lakukan dan apa yang membuatnya harus menjauh dariku. Setelahnya, kami pikir kami memang tidak bisa bersama. Namun kami sepakat untuk berdamai dan kini ia telah menemukan tambatan hatinya di kota lain.
Sekarang disinilah kami, di dalam mobil Jefri yang sangat bersih dan rapih. Dia salah satu laki-laki paling rapih yang pernah kukenal. Dulu, itu menjadi poin plus dalam dirinya tatkala mendekatiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
turn into a strangers. (END)
Romanzi rosa / ChickLitApakah akan berbeda jika "kita" di antara aku dan kamu tidak pernah ada? Di sinilah aku, untuk mengingatkanmu tentang bagaimana kita menjadi orang asing. Would it really make a difference if we didn't exist? Here I am, to remind you how we turn into...