his eyes on me.

148 20 2
                                    

Kalau ditanya cita-citanya mau jadi apa, aku selalu menjawab ingin menjadi guru. Entah nantinya harus menjadi guru seperti apa, yang terpenting aku ingin menjadi guru. Aku seperti tidak tahu akan menjadi apa kalau bukan menjadi guru. Sependek itu pandangan hidupku.

Kini aku sedang berada di rumah Mahen. Berbincang santai dengan ayahnya di ruang tamu. Kami membicarakan mengenai jurusan apa yang akan aku pilih nantinya di perguruan tinggi.

"Maunya pendidikan Pak," kataku.

"Guru ya? Pelajarannya apa?" tanya ayah Mahen.

"Saya kepingin matematika."

"Bagus, belajar yang rajin supaya bisa masuk negeri ya,"

"InsyaaAllah doakan saja Pak."

"Pasti. Kalau Mahen itu sudah mantap pilih kampus tapi masih bingung jurusannya. Coba kamu ajak ngobrol maunya di jurusan apa,"

"Mahen kadang suka susah diajak ngobrol serius Pak."

"Ya memang, sekarang di mana itu anaknya? Masih tidur. Sana dibangunin."

"Njih pak, saya permisi dulu." pamitku mengakhiri perbincangan.

Aku beranjak dari ruang tamu menuju kamar Mahen. Kamar yang berwarna biru dengan banyak ornamen klub bola favoritnya. Di kasur terlihat ia masih tidur dengan posisi tengkurap dan mendengkur. Ini sudah jam sebelas siang.

"Asyhaduu..allaa..ilaaha..illallaah.." bisikku tepat di telinga Mahen.

"Anjing Clair!" seru Mahen terbangun dan menggaruk telinganya yang geli.

"Salah sendiri jam segini belum bangun! Gue bantuin tuntun syahadat biar bangunnya di padang mahsyar."

Aku mengedarkan pandangan ke ruangan yang sudah tidak asing lagi bagiku. Di sudut kamar ini selalu ada kaos kaki bekas milik Mahen yang ia lempar begitu saja, di balik pintu ada beberapa baju dan celana yang sudah bertengger entah berapa abad lamanya hingga menjadi sarang nyamuk.

Aku sedikit membungkuk memungut kaos kaki kotor yang jelas super bau itu dari lantai dan aku masukkan ke dalam keranjang pakaian kotor yang sengaja diletakkan oleh ibu Mahen di luar kamar. Aku juga mengambil semua baju yang tergantung di balik pintu dan ikut memasukkan ke dalam keranjang bersamaan kaos kaki tadi.

Apakah pacar Mahen pernah melihat sisi Mahen yang seperti ini? Jelas tidak! Mahen selalu berdandan rapih dan wangi jika ingin bertemu dengan pujaan hatinya!

Hari ini kami akan melaksanakan reuni akbar yang sudah direncanakan sebelumnya. Aku dan Mahen harus mengecek lokasi untuk terakhir kali supaya tidak ada kesalahan nantinya. Juan kali ini tidak ikut, entah karena apa tetapi ia tidak bisa ikut. Begitu kata Mahen.

Meskipun aku dan Juan sering bertemu, kami tidak sedekat itu untuk bisa tahu keberadaan dan kabar satu sama lain 24/7. Aku dan Juan akhir-akhir ini sering berbalas pesan, tapi mungkin isinya hanya kami yang bertukar informasi tidak penting, ia sering membagikan meme absurd dan video kocak lainnya yang bersumber dari Instagram maupun Twitter.

Kembali ke kamar Mahen, laki-laki itu masih belum bosan untuk memejamkan mata. Ia masih tertidur dengan lelap bahkan melanjutkan alunan dengkurannya.

"Lo kalo gak bangun, gue tinggal. Bodo amat." kataku yang sudah kesal.

"Lima menit. Lagian kalo lo gak sama gue, nanti gue bisa kena omel Juan." balas Mahen dengan suara mengantuknya.

•turnintoastrangers•

Kini aku dan Mahen sudah berada di lokasi reuni yang akan diadakan malam nanti. Persiapan mulai dari dekorasi hingga penataan lokasi sudah hampir sepenuhnya selesai. Begitu pula dengan sound system yang nantinya akan dipakai, kami harus segera mengeceknya.

turn into a strangers. (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang