Mahen hari ini datang ke kampus dengan maksud mengambil jatah almamaternya. Setelah mengantre berjam-jam dan berkenalan dengan teman-teman barunya, oh iya, bukan Mahen namanya jika ia tidak langsung mendapat teman di lingkungan baru. Berbeda dengan Clairy, Mahen merupakan seorang social butterfly.
"Cabut yuk. Gimana kalau Cimory?" kata teman perempuan di hadapannya.
Begitu nama tempat itu disebut, Mahen langsung teringat pada Clairy. Ia ingat bahwa perempuan itu sangat ingin pergi ke Cimory namun karena Mahen yang selalu mager akhir-akhir ini dan lokasinya juga cukup jauh maka Mahen enggan mengabulkan permintaan sahabatnya itu.
"Pake mobil gue aja. Tapi gue ajak temen ya." kata Mahen pada teman-temannya.
Teman-temannya menyetujui saja, lumayan kan mendapat tumpangan gratis.
Selagi mereka mencoba mengajak teman yang lain—supaya semua kursi terisi penuh, Mahen beranjak menjauh untuk segera menghubungi Clairy.
Tidak semudah yang ia kira. Di mana sebenarnya si jomblo itu? Ah sebenarnya dia tidak jomblo, tapi masih sama seperti seorang jomblo. Kemanapun sendirian.
"Lama amat ngangkatnya." protes Mahen ketika panggilang diterima.
"Sorry, lagi jemur baju. Kenapa?"
"Cimory sekarang, ikut gak?"
"Hah? Seriusan?!"
"Ikut gak?"
"I-iya jelas ikut lah! Gue ganti baju dulu. Lo di mana? Gue samperin."
"Gue jemput, setengah jam lagi."
"Siap Kakak Mahen Sayangku, Cintaku, Maungkuuu, gue tutup dulu. Love you!"
Mahen menjauhkan ponsel dari telinganya, tak sanggup mendengar kalimat yang keluar dari mulut Clairy. Ew, terlalu menggelikan untuk sekedar didengar.
Setelah panggilan berakhir, Mahen kembali pada teman-temannya. Setelah mereka mencoba mengajak yang lain, ternyata tidak ada yang bisa. Alasannya, mereka masih ingin merapihkan kamar kontrakan masing-masing.
"Bertiga nih?" tanya Mahen melihat satu persatu temannya.
Mereka mengangguk. Empat orang jika bersama Clairy.
Menurut informasi, Clairy saat ini ada di apartemen miliknya. Itu artinya, Mahen dan juga teman-temannya tak terlalu jauh untuk menghampiri.
"Vin, ntar lo duduk belakang bareng Andre ya." kata Mahen pada Vina yang kini duduk di kursi samping kemudi.
"Oh, sorry sorry. Apa gue ke belakang sekarang aja?"
"Nanti aja gak papa. Santai." balas Mahen.
"Lo mau ajak pacar lo Hen?" kini Andre kepo di belakang.
"Temen."
•turnintoastrangers•
C
lairy menekan tombol lift dengan terburu-buru. Jangan sampai Mahen berubah pikiran dan tidak jadi mengajaknya ke Cimory. Maka dari itu, ia harus cepat.
Setelah pintu lift terbuka, dirinya melesat masuk dan kemudian mengirimkan pesan pada Mahen bahwa ia sudah di dalam lift.
Tak lupa ia juga mengirimkan pesan izin untuk ibu dan kekasihnya. Ibunya jelas akan memperbolehkan selama itu bersama Mahen, tapi kalau Juan? Bodo amat. Dia juga tidak sedang di sini. Lagi pula, ini kesempatan emas. Kapan lagi Mahen mengabulkan permintaan yang pernah ditolaknya mentah-mentah?
KAMU SEDANG MEMBACA
turn into a strangers. (END)
ChickLitApakah akan berbeda jika "kita" di antara aku dan kamu tidak pernah ada? Di sinilah aku, untuk mengingatkanmu tentang bagaimana kita menjadi orang asing. Would it really make a difference if we didn't exist? Here I am, to remind you how we turn into...