im the villain.

81 8 2
                                    

Aku dapat melihat dari kejauhan ketika sepasang manusia sedang duduk berhadapan membicarakan apa yang perlu dibicarakan.

Juan memberitahuku bahwa hari ini ia akan bertemu dengan Amel dan memintaku untuk menemaninya. Aku yang awalnya tidak mau akhirnya mengiyakan dengan satu syarat, "Gue mantau dari jauh."

Kami—aku dan Juan—berangkat secara terpisah, karena aku tidak ingin terlihat bersamanya saat ia harus menemui Amel.

Dapat kulihat Amel menitikan air matanya dan dengan penuh perhatian Juan mencoba menenangkan perempuan itu dengan memberi sentuhan lembut di pundaknya, sesekali ia tampak berkata meminta maaf.

Aku teriris melihat hal itu. Mereka tampak melengkapi satu sama lain, tapi kenapa harus terhalang oleh sikap orang tua Amel yang menyebalkan? Helaan napas kasar keluar dariku.

"Pacarnya selingkuh ya, Mbak?" tanya seorang pramusaji tatkala mengantar pesananku.

"Eh? Enggak Mas. Temen saya itu," balasku mengabaikan.

"Kasian, mana cocok banget gitu. Kayanya mau putus ya?"

"Saya juga gak tau. Kenapa jadi masnya yang kepo?"

"Eh hehe, maaf mbak. Habisnya nangis gitu berdua."

"Hah?! Yang laki juga nangis, Mas?"

"Iya Mbak,"

Setelah lama dekat dengan Juan, tidak jarang aku merasa bahwa aku menjadi penjahat dalam cerita Amel dan Juan. Aku paham bahwa Amel sangat membutuhkan Juan untuk tetap berada di sampingnya, tapi justru aku hadir seakan ingin merebut Juan dan memaksanya berada bersamaku.

Aku mengirimkan pesan pada Juan beralasan ingin mengantar ibuku. Hal itu hanyalah bualan, sebenarnya aku hanya tidak ingin menerima kenyataan bahwa akulah penjahatnya. Jika saja aku menjadi Amel, aku tak tahu akan sehancur apa hatiku. Tapi lagi-lagi aku tidak bisa merubah keadaan, sudah menjadi keputusan Juan untuk tidak melanjutkan hubungannya bersama Amel.

Aku menertawakan pesan terakhir yang dikirim akun tersebut melalui DM Instagram milikku, aku yakin itu akun milik Gita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menertawakan pesan terakhir yang dikirim akun tersebut melalui DM Instagram milikku, aku yakin itu akun milik Gita. Dia tidak salah, pikirku. Sebagai teman, Gita pantas untuk marah atas apa yang terjadi hari ini. Aku mengunci pintu kamarku, mematikan ponselku, dan mencoba mencari ketenangan.

Apa ibuku mengajarkan aku untuk menjadi orang jahat? Tidak. Bahkan keluargaku berantakan karena orang jahat. Orang ketiga. Dan kini aku sedang memainkan perannya, naas.

•turnintoastrangers•

Bel apartemenku berbunyi beberapa kali, membuatku mau tak mau membuka mata setelah selimut yang menutupi tubuhku sudah turun hingga lutut.

"Siapa sih?" gumamku mengucek mata dan sempoyongan menuju pintu.

Kubuka pintu apartement dan berdirilah seorang lelaki yang sudah berpakaian rapi meski aku yakin hari masih pagi.

"Udah berapa hari lo ga keluar?"

"Hm?" aku mengernyit bingung.

"Banyak paket di depan pintu. Boleh gue masuk?"

Aku mengangguk mempersilakan Juan masuk. Baru beberapa langkah, dia kembali berbicara namun kali ini ia dapat dengan jelas melihat mataku.

"Lo habis nangis?" kedua tangannya menangkup wajahku yang baru bangun tidur, tatapannya penuh khawatir.

Tolonglah, nyawaku sama sekali belum berkumpul. Tanpa meminta izin, tubuh itu sudah mendekapku erat. Wajahnya bersembunyi di ceruk leherku, hingga aku dapat dengan jelas menghirup aroma shampo yang Juan pakai pagi ini.

Sejenak aku diam, tapi kemudian aku mengelus punggungnya perlahan. Lelaki itu menyalurkan kegelisahan yang beberapa hari ini ia rasakan sendirian, membagikannya padaku yang juga sedang dihadapkan kegelisahan semalaman.

"Lo tahu gue ga bisa lewatin ini sendirian. Gue butuh lo." gumamnya masih memeluk tubuh kecilku bersamanya.


"Sorry," bisikku perlahan.

Setelah puas memelukku, ia meregangkan tubuhnya dan menata poniku yang pasti terlihat berantakan.

"Kenapa nangis? Siapa yang bikin kamu nangis, hm?"

TUHAN KENAPA ENGKAU BIARKAN JUAN MEMAKAI AKU-KAMU😭

"A-aktor drama yang gue tonton. Alurnya kelewatan, so I cried a lot."

"Terus, kenapa kamu ngilang beberapa hari ini? Aku ada salah sama kamu?"

TUHAN, JANTUNGKU SUNGGUH MASIH AMAN KAN? UMURKU MASIH PANJANG KAN?!

"Gue cuma mau kasih lo waktu buat sendiri. Lo gak papa? I mean, after all this things happen."

"Makasih udah kasih aku waktu. Makasih udah ngerti. Now, im okay. Mau keluar bareng? Belum sarapan kan?"

Aku mengangguk kemudian memintanya untuk menungguku bersiap di ruang tamu. Tuhan, sebenarnya skenario apa yang sedang Engkau persiapkan?

 Tuhan, sebenarnya skenario apa yang sedang Engkau persiapkan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
turn into a strangers. (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang