Ternyata seperti ini rasanya setelah bertahun-tahun hidup dengan kejombloan dan kini kembali memiliki pasangan. Tidak banyak yang berubah sebenarnya, karena Juan dan Clairy harus tinggal di kota yang berbeda.
Clairy asik menyeruput macha latte yang ia pesan di cafe milik pacar temannya, Airis yang ternyata juga kenal dengan Juan. Lucunya, Juan kenal dengan pemilik cafe karena satu waktu ia pernah kehabisan bensin di depan cafe ini. Setelah beberapa bulan kemudian kami berempat—Clairy, Juan, Airis, dan pacarnya kembali bertemu dan jelas kedua lelaki itu kaget dan tak menyangka dunia akan sesempit ini.
Clairy mengerjakan beberapa di laptopnya, sebenarnya siang ini ia memiliki janji temu dengan Airis. Sebenarnya hanya janji biasa, karena sudah lama mereka tak bersua.
Sudah hampir dua bulan Clairy tidak bertemu dengan Juan dan selama dua bulan itu juga hampir tiap malam Juan menelepon dirinya hanya untuk menanyakan kegiatan apa saja yang Clairy lakukan.
Mereka berdua juga jarang sekali saling mengirim pesan karena Juan yang tidak sesenggang dulu ketika masih berada di kota yang sama dengan Clairy.
Airis datang dengan sling bag warna hitamnya, perempuan itu mengetuk meja memberi kode pada Clairy bahwa ia sudah sampai.
"Kangennn!!!" teriak Airis memeluk Clairy.
"Sama. Gimana Kalimantan?"
Ya, Airis selama beberapa bulan ini memilih untuk tinggal bersama orangtuanga di Kalimantan. Di sana, ia melakukan persiapan perkuliahan yang sama dengan Clairy. Ah, kalau pacar Airis jelas sudah lulus. Jarak usia keduanya memang lumayan.
"Masih panas kaya biasa. Lo gimana? Udah gak jomblo nih,"
Memang dirinya sudah tidak jomblo, tapi selama dua bulan ini dirinya tetap sendirian.
"Lo kan diiket sebelum ditinggalin, biar gak keluyuran!" ledek Airis padanya.
Clairy hanya cengengesan ketika digoda. Clairy yang introvert akan kalah jika sedang bersama dengan Airis yang super duper extrovert. Contohnya, jika sedang bersama Airis maka Clairy akan lebih sering mendengarkan dan mengikuti alur kemanapun Airis mengajaknya. Tidak, Clairy tidak keberatan sama sekali. Justru ia suka jika ia tidak harus berpikir.
"Gue lagi berantem sama Kakak gue."
Salah satu permasalahan yang dimiliki Airis adalah ego yang sama-sama tinggi antara dirinya dan sang kakak. Tak jarang ketika sedang bersama Airis, Clairy mendapat rentetan pesan dari kakaknya yang intinya ia harus membawa Airis pulang ke rumah.
"Lo sih, susah dibilangin." balas Clairy sekenanya.
"Dia aja noh, yang apa-apa ngatur. Semuanya diatur. Gue pacaran ama pacar gue juga dilarang. Mana pernah dia ngebolehin pacar gue masuk rumah."
Sedang asik mendengarkan keluhan Airis, ponselnya berdering. Senyum terbit tatkala nama itu terbaca olehnya.
"Bentar, gue angkat telfon dulu."
Clairy memilih untuk keluar dan duduk di kursi yang memang disediakan di luar ruangan.
"Halo, Sayang?"
Ya, panggilan itu sudah tercipta selama dua bulan. Juan lah yang meminta untuk memanggil dengan panggilan yang berbeda. Ia ingin selalu dipanggil "Sayang". Awalnya Clairy merasa aneh, karena bagaimanapun Juan adalah temannya sejak kecil. Masa peralihan dari memanggil Juan dengan nama kemudian berubah menjadi "Sayang" ia lalui dengan sulit.
"Aku lagi agak senggang. Jadi nyempetin telfon. Nanti malem gak bisa soalnya,"
"Oh, oke. Udah makan?"
"Udah, tadi makan pecel. Kamu harus cobain pecel di sini deh, dibungkusnya pakai daun jati."
"Kapan-kapan deh, ajakin."
"Kamunya kan udah sering aku ajakin, tapi gak pernah mau. Wuuu"
"Aku lagi di cafe pacarnya Airis nih."
"Sama siapa?"
"Airis. Sengaja janjian,"
"Oh yaudah have fun ya. Semoga bisa ngobatin kangen karena udah lama gak ketemu sama Airis. Salam deh!"
"Iya nanti aku sampein. Udahan telfonnya?"
"Iya, kamu kan lagi quality time sama Airis. Aku lanjut dulu ya, pulangnya hati-hati. Gak hujan kan?"
"Panas banget di sini."
"Di sini lebih panas Sayang.."
"Oiya ya. Yaudah bye, kamu juga hati-hati kerjanya. Jangan lupa minum air putih!"
"Siap, love you."
"Love you. "
KAMU SEDANG MEMBACA
turn into a strangers. (END)
ChickLitApakah akan berbeda jika "kita" di antara aku dan kamu tidak pernah ada? Di sinilah aku, untuk mengingatkanmu tentang bagaimana kita menjadi orang asing. Would it really make a difference if we didn't exist? Here I am, to remind you how we turn into...