baj-

62 10 2
                                    

Motor Juan yang bersuara berisik memasuki pekarangan rumah Clairy. Sudah empat hari Juan pulang ke kotanya dan sudah empat hari pula ia menghabiskan waktu dengan Clairy.

Seperti sedang balas dendam karena sudah tiga bulan tidak bertemu, Clairy yang selalu memprioritaskan Juan jika lelaki itu pulang tidak akan menerima ajakan dari siapapun untuk keluar rumah kecuali ajakan itu datang dari kekasihnya.

Beberapa hari yang lalu sebelum Juan pulang, Clairy diajak untuk ikut bertamasya bersama teman-teman kelasnya di salah satu mata kuliah. Ucha yang selalu satu kelas dengan Clairy turut serta, tapi Clairy tidak karena ia tahu bahwa Juan akan pulang.

"Juan balik tanggal segitu, gue gak ikutan dulu deh." kata Clairy ketika ditanya Ucha mengapa ia tidak ikut.

Semua teman-teman dekat Clairy sudah paham, jika Juan pulang maka Clairy tidak bisa diminta waktunya sedikitpun. Semua waktunya hanya untuk Juan.

"Clairy udah siap Bu?" tanya Juan ketika mendapati Ibu sedang menyapu teras rumah.

"Kayanya udah sih, duduk dulu aja. Mau main kemana lagi hari ini?" tanya Ibu menghentikan aktivitasnya.

Juan turun dari motor kemudian mencium tangan perempuan berusia hampir setengah abad di hadapannya.

"Mau cari makan aja, sih."

Juan duduk di salah satu kursi teras depan rumah itu, disusul dengan Ibu yang ikut duduk di sebelahnya hanya berbatasan dengan meja kecil dengan vas bunga di atasnya.

"Juan, kamu jangan marah ya.."
Sebelah alis mata Juan naik, kenapa tiba-tiba Ibu berbicara seperti itu?

"Kenapa Bu?"

Sebelum menjelaskan maksud perkataannya, Ibu menghela napas.

"Jadi sebenernya besok mau ada yang dateng ke rumah. Anaknya temen Ibu,"

"Lalu Bu?"

Belum sempat Ibu melanjutkan, Clairy sudah keluar dengan wajah yang ditekuk. Ia mendengar apa yang dikatakan ibunya, itulah mengapa ia segera bergegas keluar rumah sebelum ibunya mengatakan hal yang lebih banyak lagi.

"Apa sih Bu? Kan aku udah bilang, aku gak mau!" bentak Clairy dengan suara sedikit meninggi.

Juan berdiri dari duduknya, menatap Clairy dengan tatapan tajam.

"Kenapa kamu jadi bentak-bentak Ibu?!" Juan tidak membenarkan perbuatan Clairy.

"Ck, buruan berangkat." kata Clairy dengan ketus tanpa berpamitan pada ibunya.

•turnintoastrangers•

Selama di jalan keduanya sama sekali tidak berbicara. Baik Juan maupun Clairy sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Clairy berusaha meredakan emosinya sendiri, dengan terus mengatur napasnya dan menghirup oksigen sebanyak yang paru-parunya mampu. Ia benci yang terjadi hari ini. Sebenarnya sejak tadi pagi, sejak ibunya membicarakan rencana pertemuan itu.

"Sampe," kata Juan singkat.

Ternyata Juan tidak jadi mengajaknya makan malam di luar, lelaki itu mengantarnya kembali ke apartemen Clairy.

"Kenapa malah ke sini?" tanya Clairy.

"We need to talk. Aren't we?" balas Juan dengan dahi berkerut.

"Apa yang diomongin Ibu gak perlu dipikirin, that's nothing." Clairy mengikuti langkah Juan yang berada di depannya.

Mereka memasuki lift yang hanya mereka di dalamnya.

turn into a strangers. (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang