"Mahen! Tolong ambilin handuk di kamar gue!"
"Orang mau jogging ngapa mandi dulu dah?!"
Meski omelan tak henti-hentinya keluar dari mulut Mahen, tapi lelaki itu tetap berjalan menuju kamar Clairy kemudian kembali dengan handuk biru milik temannya itu.
"Nih. Buruan!" teriaknya kali ini ditambah gedoran pada pintu kamar mandi.
"Udah gak usah dandan, ya Tuhan!"
Kali ini Mahen masuk ke kamar Clairy dan mendapati perempuan itu sedang mengaplikasikan bedak di atas wajahnya.
"Brisik! Tunggu aja di luar sana! Masih pagi udah ngajak teriak-teriak."
Setelah kesabarannya tersisa setidaknya lima menit lagi, Clairy keluar dengan pakaian olahraganya tapi bukan Mahen jika tidak mengomentari setiap hal mengenai Clairy. Laki-laki itu meneliti penampilan Clairy dari ujung kaki, naik sampai atas kepala.
"Lo dandan lama banget, tapi muka lo ketutup masker?" Mahen memberikan tatapan menyebalkan pada lawan bicaranya.
"Brisik lo, udah ayo! Gue mau membakar perasaan sakit hati karena ditolak kampus sialan!"
Mahen meraih kunci motor yang sebelumnya ia letakkan di meja tamu, bersamaan dengan itu Clairy mengenakan sepatu putihnya.
"Juan!!" teriak Clairy kaget saat ia membuka pintu dan sosok yang katanya masih di luar kota itu tiba-tiba muncul di hadapannya.
"Surprise!" ia merentangkan tangannya dan langsung disambut oleh Clairy.
Mahen yang baru saja sampai di ambang pintu tampak tidak heran dengan pemandangan duo bucin di hadapannya.
"Jadi jogging gak?" tanya Mahen karena keduanya tak berhenti berpelukan.
"Gak! Mau sama Juan di rumah. Hehe."
"Bangshit. Udah bangun pagi gue Clair ya Tuhan.."
"Tetep aja, yuk? Aku juga mau kalau diajak." Juan ikut nimbrung.
Ketiganya memutuskan untuk tetap pergi di pagi yang cukup dingin. Juan yang datang dengan motor kesayangannya langsung mendapat boncengan Clairy, sedang Mahen berkendara sendiri.
Selama perjalanan, tak henti-hentinya Juan mengelus jemari Clairy yang melingkar di perutnya.
Sesampainya di lokasi, mereka turun dari motor dan mulai melakukan peregangan. Jika perkara olahraga, Juan dan Mahen jagonya. Clairy mah cuma remahan aja.
Mereka mulai berjalan pada putaran pertama, kemudian berlari kecil pada putaran selanjutnya. Clairy mensejajarkan posisinya dengan Mahen, kemudian ia berbisik.
"Untung gue udah mandi, kan? Jadi gak jelek-jelek amat ketemu Juan."
Mahen menggelengkan kepala dan menarik rambut Clairy, tak tahan dengan tingkah temannya yang satu ini.
"Aaw!"
Juan yang berlari di belakang keduanya terkekeh pelan. Mahen dan Clairy memang seperti kucing dan anjing. Tidak ada hari tanpa keributan dari keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
turn into a strangers. (END)
ChickLitApakah akan berbeda jika "kita" di antara aku dan kamu tidak pernah ada? Di sinilah aku, untuk mengingatkanmu tentang bagaimana kita menjadi orang asing. Would it really make a difference if we didn't exist? Here I am, to remind you how we turn into...