"Jangan cuek-cuek lah jadi perempuan."
Begitu kira-kira tanggapan Mahen tiap aku gagal dalam proes pendekatan. Hei, siapa juga yang cuek? Aku memang tipe yang tidak bisa didekati as a stranger. Jadi bukankah normal jika aku tidak meladeni orang-orang yang belum aku ketahui betul?
"Juan kayanya beda deh sejak kemarin." ucap Mahen lagi dengan tidak memandangku.
Beda? Oh Tuhan! Apakah ini artinya Mahen telah masuk ke dalam perangkapku dan Juan? Apakah kami benar-benar sehebat itu dalam memerankan drama konyol ini bahkan di hari pertama? Wow!
"Maksud lo?" tanyaku seakan tak paham maksudnya.
"Gua rasa dia ngedeketin lo deh. Dia upload foto lo di Instagram, di Twit juga kan."
"Belum minum susu kan lo tadi? Pantes ngaco pikiran lo." jawabku kemudian beranjak meninggalkannya.
Mahen memang bukan tipe teman yang perhatian. Tapi, terkadang dia memberikan perhatian dan kepekaannya padaku dengan cara yang unik dan sedikit kurang ajar. Pokoknya, Mahen itu anti banget bersikap lembut padaku.
Berbeda jika Mahen sedang bersama pacarnya, dia akan menjadi kucing peliharaan yang amat sangat penurut dan memuakkan bagiku.
"Lagian lo ngapain ke sini sih?"
"Elah, gue disuruh Juan buat ngecek keadaan. Kali aja ada cowok yang nyamperin lo. Gua udah bilang gak bakal ada, dia tetep aja batu."
Lelaki dengan jaket hijau itu kini sedang berjalan menuju kulkas yang tak jauh dari tempatnya berdiri tadi. Tak lain dan tak bukan adalah untuk mengambil susu ultramilknya. Ia memang sering membeli beberapa kotak susu ultramik rasa moka yang kemudian dijadikan stok amunisi di rumahku. Alasannya, karena aku tidak pernah mau repot-repot membuatkan minum untuknya.
"Clair, mantan gue masih suka chat lo hak?" tanyanya.
"Masih sering bales story gue. Kenapa? Kangen lo?" kataku yang sedang menyapu.
"Dih, males. Gue cuma takut dia ngerusuhin lo. Kalau lo keganggu mending block aja si kata gue,"
"Dih, gue gak jahat kaya lo ya, Buaya! Minggir lo, gue mau tidur! Kalo masih mau di sini jangan bikin keributan!" Aku melempari Mahen dengan sapu yang telah selesai kugunakan dan segera menuju kamar.
-turnintoastrangers-
Matahari sudah semakin ke arah peraduan, tapi Mahen masih tak beranjak dari rumah ini. Lelaki itu bahkan kini tengah asik memutar serial Netflix kesukaannya dengan sebungkus chips yang jelas ia curi dari persediaan milikku. Oh Tuhan! Kenapa engkau sama sekali tidak memberikan manusia ini kesibukan dalam hidupnya?
Samar-samar kudengar ia berbicara dengan seseorang di seberang telepon, pertanda ia akan segera pergi dari sini kan? Oh ternyata tidak, langkah lelaki itu terdengar mendekati kamarku. Aku kembali menarik selimut dan pura-pura terpejam dengan anggun.
KAMU SEDANG MEMBACA
turn into a strangers. (END)
ChickLitApakah akan berbeda jika "kita" di antara aku dan kamu tidak pernah ada? Di sinilah aku, untuk mengingatkanmu tentang bagaimana kita menjadi orang asing. Would it really make a difference if we didn't exist? Here I am, to remind you how we turn into...