Dua pekan sudah Clairy kembali menjadi jomblo keren yang tak memiliki beban selain perkuliahannya yang semakin padat. Ditambah ia diminta oleh salah satu dosennya untuk menjadi ketua di acara tahunan program studinya.
Berangkat pagi, pulang malam. Clairy senang setidaknya ia memiliki kesibukan dan dapat mengalihkan pikirannya.
Kali ini ia sedang melakukan diskusi bersama para koordinator untuk membahas progress acara.
"Jadi Clair, kita udah door to door ke sekolah untuk promosi. Ada beberapa sekolah yang welcome kasih kita waktu tapi ada juga yang cuma ngebolehin kita tempel poster." terang tim publikasi.
"Hmm, media bisa tolong bikinin video promosi? Kita serang lewat TikT*k dan Instagr*m." Clairy menanggapi.
"Kita serang lewat menfesss di X juga bisa tuh," kini anggota lain ikut berpendapat.
Sudah hampir dua pekan panitia terbentuk dan progress peminat masih sangat kurang.
"Hadiah kita perlu ditambah Clair, secara ini kompetisi regu tapi hadiahnya kurang worth it."
"Hmm kita hold dulu pendapat lo, kita ke dana usaha dulu, gimana?" tanya Clairy melempar pada divisi lain.
"Ada beberapa proposal yang belum dapet balesan. Hari ini kita mau ke percetakan buat ngajuin kerja sama."
"Oke gue nanti coba komunikasi sama Sekprodi, semoga bisa kirim proposal ke dosen buat nambah nominal hadiah." balas Clairy.
Seorang laki-laki paruh baya mendatangi mereka yang tengah asik diskusi, dengan tangan membawa namban berisikan gelas-gelas minuman.
Salah satu rekan Clairy dengan sigap berdiri untuk membantu memberikan masing-masing gelas kepada pemiliknya.
"Kita break dulu, sepuluh menit." kata Clairy memberi jeda pada forumnya.
Tepat setelah itu, ponselnya berdering dari dalam tas. Ia segera merogoh tasnya dan menemukan sebuah kontak meneleponnya, membuatnya tersenyum dan beranjak dari duduknya.
Setelah dirasa ia telah jauh dari kerumunan, Clairy menerima panggilan itu.
"Halo Bunda,"
"Halo anak Bunda. Udah gak pernah telepon, udah lupa ya sama Bunda?!"
"Mana mungkin lupa sih Bun, ada apa telfon Clairy?"
"Ayah udah pulang semalam. Operasinya berjalan lancar. Rencana malam ini mau makan malam bareng keluarga besar dari Ayah sama Bunda. Kamu dateng, ya?"
"Syukurlah kalau Ayah udah sehat. Tapi Bun, Juan tahu kalau Clairy diundang? Clairy gak enak ah Bun, kan udah jadi mantan. "
"Kamu ngomong apa sih, Bunda sendiri yang minta ke Juan buat undang kamu. Tapi dia suruh Bunda sendiri yang telfon."
"Emm baiklah, tapi Clairy masih ada agenda bentar bareng temen-temen mungkin sampai pukul tujuh. Nanti setelah itu Clairy ke sana,"
"Oke, jangan kabur ya! Inget kata Bunda, gimanapun kamu itu anak Bunda sama Ayah."
"Iya Bunda, Clairy dateng kok."
Setelah panggilan terputus, Clairy melanjutkan diskusi bersama rekan-rekannya. Meskipun tidak dipungkiri ia sangat lelah hari ini, karena ia memiliki kelas yang dimulai pukul tujuh pagi hingga sekarang matahari telah tenggelam ia sama sekali belum beristirahat.
Persiapan event yang akan ia ketuai sangatlah menguras energinya hingga kadang ia lupa untuk makan. Tetapi ia memiliki Ucha yang selalu mengingatkan ia untuk makan dan tidak membiarkan perutnya kosong.
Ucha tidak ikut dalam kepanitiaan, meskipun berulang kali Clairy mengajak bahkan memohon agar ia mau bergabung, ia tetap tidak mau. Karena ia anti melakukan hal yang melelahkan fisik dan pikirannya.
Jika saja Clairy bisa menolak, dan jika saja bukan dosennya yang menunjuknya langsung mungkin saat ini ia sedang bermain mengelilingi kota bersama Ucha sebagai penglipur hatinya yang masih sedikit sakit.
Hanya sedikit, bahkan ia cukup terkejut karena ternyata melepaskan Juan semudah itu. Ia sadar bahwa dirinya memang lebih pantas untuk tidak bermain dengan cinta yang melelahkan.
Clairy memastikan sekali lagi persiapan dari tim acara. Ia disodorkan dengan dua pilihan stage plan yang mereka rancang.
"Gue prefer yang ini, ketika debat mereka harus di center. Lighting harus bener-bener nyorot mereka."
Clairy melirik jam di tangannya, waktunya tidak lama lagi. Ia harus segera pulang agar dapat bersiap menghadiri undangan dari Bunda.
"Lo boleh balik kalau ada acara lain. Nanti gue lapor hasil yang lainnya." seorang yang terpilih sebagai wakilnya tampak sadar dengan kegelisahan Clairy setelah perempuan itu menerima panggilan.
Clairy mengembuskan napas lega, akhirnya seseorang menolongnya.
"Thank you. Gue harus dateng ke suatu acara. Telfon gue kalau ada apa-apa, ya?"
Ia mengangguk, kemudian Clairy mengangkat tasnya dan segera bergegas dari tempat itu.
•turnintoastrangers•
maaf lama bgt ga update, karena kerjaan lagi gila-gilaan terlebih akhir tahun mau tutup buku:'
tp janji juan dan clairy tamat tahun ini deh. hehe.
-subaklovesme
KAMU SEDANG MEMBACA
turn into a strangers. (END)
ChickLitApakah akan berbeda jika "kita" di antara aku dan kamu tidak pernah ada? Di sinilah aku, untuk mengingatkanmu tentang bagaimana kita menjadi orang asing. Would it really make a difference if we didn't exist? Here I am, to remind you how we turn into...