night riding tapi sendiri.

57 9 2
                                    

Dari kejauhan Juan dapat melihat mini bus miliknya yang dikendarai Indra. Bukan main, pantas saja Indra meminta ganti armada karena mereka benar-benar terjebak di antah berantah yang bahkan tidak ada lampu di pinggir jalan.

"Bang!" teriak Indra ketika sebuah lampu menyorot ke arahnya.

"Penumpang diminta pindah, gue udah panggil bengkel. Lo balik aja bawa penumpang."

"Bang, apa gak Abang aja yang balik? Abang mau nungguin di sini?"

"Gue agak ngantuk, bahaya."

Satu persatu penumpang turun disusul dengan barang bawaan mereka yang tidak terlalu banyak karena sisanya mereka tinggal di penginapan.

"Halo selamat malam. Saya Juan dari HJ Tour and Travel sekaligus yang bertanggung jawab atas hal ini. Kami sekali lagi meminta maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi selama perjalanan dan pelayanan kami. Nantinya, akan kami beri kompensasi di akhir perjalanan. Tapi untuk malam ini, saya mohon bisa berpindah dulu ke mini bus di sana. Kami pastikan aman dan selamat sampai kita kembali ke penginapan."

Juan memberikan arahan dan pengertian sebaik mungkin kepada customernya. Hal ini adalah didikan dari Ayahnya. Kata Ayahnya, selelah apapun kita, customer harus dilayani sepenuh hati.

"Bang, balik dulu." pamit Indra yang telah siap dengan kemudinya.

Juan mengangguk. Jam di tangan menunjukkan pukul delapan malam. Ponselnya menyala, tetapi sinyal tidak ada. Jangankan sinyal, lampu saja tidak ada.

Juan masuk menduduki kursi kemudi. Menyandarkan diri mencari posisi untuk bisa mengistirahatkan diri.

Tak lama dirinya terbangun.
Sial, dia lapar. Perutnya memberontak dengan suara bersahutan.

"Sabar, gue tahu lo pada laper tapi gak ada yang bisa dimakan di sini, anying." katanya menunduk menunjuk perutnya.

Tak lama, orang bengkel yang ia panggil saat perjalanan menjemput Indra tadi pun datang.

Karena problemnya ban yang pecah maka jalan tercepatnya adalah ganti ban.

Butuh waktu setengah jam sebelum akhirnya Juan sudah dapat sedikit lega karena akhirnya ia dapat segera mengisi perutnya.

"Makasih Pak." ucapnya seraya memberikan uang sebagai ongkos ganti ban.

turnintoastrangers•

Clairy tak bisa tidur. Aneh, padahal perutnya sudah kenyang. Ia merasa gelisah. Apa mungkin karena tidak mendapat kabar dari Juan?

Merasa tak mendapat jalan keluar, Clairy memilih untuk pergi mencari udara segar.

Berbalut jaket dan celana panjang, ia mengendarai motor kesayangannya mengelilingi kota.

Sederhana, hanya dengan berkeliling ia bisa melihat wajah orang lain yang beraneka eskpresi.

Sengaja ia melintasi pusat kota dengan banyaknya wisatawan hilir mudik. Lampu kota dengan hangat melengkapi suasana malam, seakan mengatakan bahwa kota ini sebagai penyembuh dari lara yang tercipta.

Alunan musik yang terdengar dari tws miliknya memutar musik kesukaannya.
Rasanya lengkap sudah, kegelisahannya mereda. Pikirannya kembali normal.

Clairy tidak suka seperti ini. Jantungnya serasa diremas jika satu hal berkaitan dengan perasaan datang menghampiri.
Ia tak ingin merasakan hal ini, tapi risiko memang harus ia tanggung sendiri.

Motornya menepi di salah satu mini market yang memiliki lampu paling terang diantara toko lain. Setelah menemukan jajaran lemari pendingin, ia memilih untuk mengambil botol air mineral dan membawanya menuju kasir.

Ponselnya berdering dari balik jaket. Dengan malas ia membuka, lagi-lagi bukan sosok yang ia harapkan.

Pesan itu dari Mahen yang berkata bahwa ia bertemu dengan mantan pacar Clairy ketika sedang billiard di tempat favoritnya.

"Penting banget," gumamnya mengabaikan pesan Mahen.

Mantannya memang tidak tinggal di kota ini. Dia sudah bekerja di kantor pajak di Ibu Kota, setelah lulus dari pendidikannya tahun ini.

Clairy tidak pernah bertukar kabar, tidak juga lagi menyimpan nomornya. Tapi kata orang-orang, dia makin tampan. Bodo amat, pikir Clairy. Berhubung Clairy yang memutuskan hubungan mereka dulu, ia juga yang harus berani untuk tidak berbalik ke belakang. Karena bagi Clairy, tidak ada istilah mantan jadi pacar a.k.a balikan. No, big no!

Clairy memilih kursi di depan toko, keramaian lalu lalang pengendara masih dapat tertangkap pandangannya. Ia buka botol air mineral, seteguk dua teguk setidaknya dapat menghilangkan dahaganya.

Apa ia harus menghubungi Juan lagi? Ini sudah malam. Sudah hampir pukul sebelas.

"Sialan emang Juan."

turn into a strangers. (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang