Juan tiba di kantornya pukul satu dini hari. Tidak sanggup untuk pulang, ia putuskan untuk menginap di kantor. Meskipun tidak ada—atau setidaknya belum, ruang yang layak untuk tidur, tapi ia memiliki sofa yang cukup untuk beristirahat.
Kapan terakhir ia mandi? Sial, tadi pagi.
Kapan terakhir ia makan? Tadi pagi.
Kapan terakhir ia menghubungi kekasihnya? Tadi pagi juga.Dengan tenaga yang tersisa, Juan merogoh ponsel di saku celananya.
Berharap seseorang yang coba ia hubungi belum tidur.
Tak disangka, panggilan langsung diangkat oleh penerima di seberang sana.
"Hai," kata Juan mengawali pembicaraan.
Ia mengalihkan panggilan suara menjadi video.
Tampak gadis cantik yang sudah sangat ia rindukan sedang meneguk air mineral di sana. Juan tersenyum, andai mereka bisa saling bertemu semudah dulu.
Alisnya bertaut, dilihat dari latar di mana perempuan itu berada, kekasihnya tidak berada di rumah ataupun di apartement.
"Kamu di mana?" tanya Juan.
"Di depan minimarket."
"Sama siapa?"
"Sendiri. Nih,"
Clairy mengubah arah kamera menjadi kamera belakang. Memperlihatkan motor kesayangannya yang terparkir sempurna.
"Kok sendiri? Udah malem loh Sayang.."
"Lagi banyak pikiran."
Juan menghela napas. Ia tahu bahwa Clairy sedang marah padanya.
"By the way, selamat ya.. Kamu lolos kan kali ini? Apa aku bilang, kamu pasti lolos. Maaf, lagi-lagi aku gak ada di sana buat ngerayain pencapaian kamu. Aku lihat tadi jalan sama Mahen ya, seneng?" dengan energi yang tersisa dan mata yang sudah sangat berat, Juan memaksakan sebuah senyum untuk kekasihnya.
"Seneng, untung ada Mahen."
"Iya, untung kamu punya temen sebaik Mahen. Maaf ya, belum bisa jadi yang selalu ada buat kamu."
Hatinya mencelos. Ia juga tak mau jika bukan dia yang jadi orang pertama yang memberinya selamat, yang memberinya apresiasi atas hebatnya dia selama ini.
"Apa gak bisa seenggaknya kasih kabar?"
tanya Clairy."Maaf ya, hari ini beneran gak bisa. Aku aja baru pulang. Lihat nih, belum mandi, belum makan, tapi kangen juga sama pacar."
Clairy merasa bersalah. Rasanya ia terlalu egois akan hatinya sendiri.
"Maaf, aku gak tahu.." balasnya menyesal.
"No, gak perlu minta maaf. Gimana kamu bisa tahu kalau aku gak kasih tahu ke kamu, kan?"
"Kapan mulai masuk kuliah? I'll be the first yang anter kamu kuliah, boleh?"
"Beneran?!"
"Boleh?"
"Boleh lah!!! Aku udah kangen banget."
Juan tersenyum, rasa lelahnya seketika menguap ketika kehadirannya dinantikan oleh kekasihnya.
"Aku seneng, akhirnya kamu bilang kalau kamu kangen sama aku. Jadi bukan cuma aku yang mencintaimu dengan ugal-ugalan." goda Juan.
"Apasih, nyebelin! Mandi sana, aku mau balik dulu, udah malem."
"Oke Bos. Kalau selesai mandi aku gak ngabarin berarti aku tidur ya, tapi kamu harus kabarin kalau udah sampai, oke?"
"Iya.."
"Aku tutup kalau gitu, bye Love."
"Bye.."
KAMU SEDANG MEMBACA
turn into a strangers. (END)
ChickLitApakah akan berbeda jika "kita" di antara aku dan kamu tidak pernah ada? Di sinilah aku, untuk mengingatkanmu tentang bagaimana kita menjadi orang asing. Would it really make a difference if we didn't exist? Here I am, to remind you how we turn into...