"Aku ketemu sama Mas Pras di kompetisi barista Jogja. Belum lama ini."
"Waktu itu kami sudah sempat tukar nomor dan medsos, kebetulan kami juga masuk di forum barista yang sama."
Dunia sempit, hanya itulah yang Sandhya gumamkan dalam batin tatkala segala pertanyaannya tentang perkara hubungan Surya dengan Pras terjawab. Mencengangkan bagaimana benang-benang takdir Tuhan terulur menyatukan mereka dalam peristiwa-peristiwa yang tidak pernah disangka.
Gadis itu pun akhirnya mengingat kembali hari di mana Rendra sakit saat ditinggal adiknya ke Yogyakarta. Ternyata kala itu, Tuhan telah mengatur pertemuan Pras dan Surya. Entah Sandhya harus menyebutnya sebagai bencana atau bukan, tetapi yang jelas pertemuan itu berakhir dengan menyeret Sandhya keluar dari persembunyian.
"Ada postingan foto Pelataran Langit pas anniversary tempo hari. Kebetulan aku memang follow akun medsosnya Pelataran Langit dan aku lihat di foto itu ada Mbak Sandhya."
Kini Sandhya paham dan meraskan sendiri salah satu ungkapan yang kerap diucapkan kawan-kawannya: Privasi dan rahasia adalah barang mewah. Sebegitu mudahnya kini menemukan kembali orang yang telah lama hilang di era digital.
"Adik saya juga kerja sebagai barista di kedai kopi dekat kampusnya. Sambilan, sih."
"Wah, berarti nanti kalau ketemu, bisa nyambung banget ngobrol-ngobrol sama Pras. Sejiwa."
Sandhya seketika mengingat kembali sebuah potongan obrolan dengan Rendra di suatu sore. Kala itu, ia menganggap kalau ucapan Rendra bagaikan sebuah isyarat jika suatu saat nanti keluarga mereka akan bertemu. Dan benar saja, kini hal itu telah terjadi.
Sandhya tak mampu menahan senyum ketika melihat sebuah pemandangan di hadapannya. Pras dan Surya tampak sedang bertukar resep sajian kopi ketika jam kerja usai. Lando dan Bintang yang kemudian jadi juri pencicipnya. Empat barista berkumpul di sana, dan Pelataran Langit pun seolah segera dipenuhi obrolan beraroma kafein yang semerbak.
Dari semenjak Surya tiba, tidak butuh waktu lama baginya untuk berbicang banyak hal soal kopi dan berbagi keakraban dengan Pras. Meski usia Pras dan Surya terpaut cukup jauh, tetapi mereka justru tampak seperti teman lama yang sudah sangat akrab.
"Mbak masih heran, bisa-bisanya kamu tiba-tiba ada di sini," celetuk Sandhya di sela-sela ketika ia dan Surya menikmati sajian mi ongklok di sebuah warung.
Malam itu, Sandhya memutuskan untuk mengajak Surya menikmati kuliner khas Wonosobo itu. Lagi pula, ia memang betul-betul butuh ruang dan waktu pribadi untuk menginterogasi adiknya lebih lanjut.
"Wis kersane Gusti." (Sudah kehendak Tuhan).
Jawaban enteng Surya membuat tawa ringan sang kakak mengalun. Sandhya lalu mengacak asal helai-helai rambut di puncak kepala Surya.
"Ibu tahu kamu di sini?"
"Nggak," jawab Surya singkat. Suaranya berselingan dengan riuh ramai pengunjung kedai mi ongklok yang lokasinya ada di sekitaran wilayah Kalianget itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Cloudy Place In Your Heart (FIN)
RomanceBagi Sandhyakala Dewi Kusuma (Sandhya), kehidupannya selama hampir tiga tahun belakangan sebagai seorang pengelana digital, alias digital nomad, bagaikan awan-awan yang berkelana tanpa tahu arah. Hampir tidak ada kata "menetap" dalam kamus hidup San...