"Jadi, Mas Rendra ini dulu muridnya Ibu waktu masih jadi guru Bahasa Indonesia di Ungaran. Dua tahun berturut-turut, Ibu juga pernah jadi wali kelasnya."
"Kamu ingat, kan, Sandhya, kita dulu juga pernah tinggal di Ungaran waktu kamu sama kakakmu masih kecil-kecil?"
Sandhya terbaring geming di atas kasur seraya menatap kosong langit-langit kamar. Memang telah lewat beberapa hari semenjak pertemuannya dengan Rendra di Kawung Art Gallery. Namun, semua perkataan Ibu di hari itu masih terasa begitu surreal bagi Sandhya.
Hampir satu tahun lamanya, takdir pertemuan yang sangat tidak disangka itu saja, sudah cukup membuat perasaan Sandhya campur aduk. Kemudian, ditambah lagi dengan kenyataan jika sang Ibu dengan Rendra sebetulnya adalah mantan guru dan murid. Semakin warna-warni saja perasaan Sandhya jadinya. Sementara itu, Tante Laksmi juga tidak kalah turut menambah jejak benang merah yang menghubungkan keluarga mereka. Bertahun-tahun berkecimpung di dunia seni, membuat Tante Laksmi telah mengenal kedua orang tua Rendra dengan baik.
"Mungkin pemilik galeri ini memberi nama 'Kawung' karena beliau melihat seni sebagai sesuatu yang murni."
Berbulan-bulan lamanya ia dan Rendra pernah berbagi suaka yang sama, tak lantas membuat Sandhya tahu perihal yang lebih dalam mengenai keluarga pria itu. Namun, di hari ketika pertemuan mereka terjadi lagi, semua sudah terjelaskan.
Sandhya kini paham mengapa pria yang senang melukis awan itu mampu memberi penjelasan yang sangat mengena di hati soal filosofi logo Kawung. Oh, tentu saja, itu karena Rendra nyatanya adalah putra sulung dari ayah yang merupakan pemilik Kawung Art Gallery. Ditambah lagi, almarhumah ibunya ternyata merupakan seorang pelukis aliran romantisme terkenal, Senjani Ayodya Sjarif. Kini, Sandhya sudah tidak heran jika Rendra pada akhirnya ditakdirkan mengikuti jejak mereka.
"Berarti nanti, waktunya saya kenalkan Mas Rendra dengan Ibu dan kakak-kakak saya juga."
Sandhya masih ingat bagaimana dulu dirinya pernah mengatakan itu di hadapan Rendra dibarengi dengan sebuah permintaan rahasia di hati pada Sang Kuasa. Dan lucunya, permintaan itu ternyata sudah terkabul, bahkan jauh sebelum Sandhya meminta.
Gusti, ini bukan mimpi, 'kan?
Hanya kalimat tanya itu yang kerap Sandhya lontarkan dalam batin tiap kali mengingat sebuah kejadian tak terduga selepas pertemuan di Kawung Art Gallery. Di siang itu juga, Agung dengan spontannya mengajak semua orang makan siang bersama. Baik Rendra maupun Sandhya, keduanya tidak ada yang menolak, ataupun merasa perlu untuk menghindar. Pada akhirnya, jadilah sebuah pertemuan keluarga yang tidak terduga.
Sepanjang siang itu, Sandhya hampir saja tidak pernah bisa menahan senyuman setiap kali melihat betapa akrab interaksi sang ibu dengan Rendra yang duduk berdampingan. Mereka saling bertukar cerita. Tak jarang keduanya juga akan terlihat tertawa bersama saat beberapa kali Sandhya tidak sengaja mendengar obrolan mereka yang membahas kekonyolan Rendra ketika masa-masa sekolah dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Cloudy Place In Your Heart (FIN)
RomanceBagi Sandhyakala Dewi Kusuma (Sandhya), kehidupannya selama hampir tiga tahun belakangan sebagai seorang pengelana digital, alias digital nomad, bagaikan awan-awan yang berkelana tanpa tahu arah. Hampir tidak ada kata "menetap" dalam kamus hidup San...