bab 1. Siapa kamu?

17.9K 610 27
                                    

     “Orang bilang, mantan itu sama dengan setan. Sama halnya dengan menginjak kotoran di tengah jalan, ketemu mantan gak lebih dari sebuah kesialan.”
—Sarah Salvina

     Sarah langsung terbangun saat suara alarm berbunyi dengan begitu nyaring memenuhi kamarnya yang bertema minimalis.

     Beberapa pesan langsung masuk ke handphonenya yang membuat wanita itu mendesah dengan malas. Padahal jam baru saja menunjuk angka 5 tapi teman usilnya sudah mengirimkan pesan menyebalkan yang akan membuat harinya begitu suram.

     Menyingkapkan selimut dengan asal, Sarah turun dari ranjang seraya berjalan keluar dari kamarnya. Mengabaikan beberapa pesan yang datang berurutan layaknya seperti teror dari fangirl fanatic yang tak terima Oppa tampan mereka di hina oleh fandom lain.

oOo

     Sarah menggosok giginya sambil menatap dirinya di cermin kamar mandi. Ia benar-benar merasa malas untuk pergi bekerja hari ini. Rasanya ingin sekali dirinya memutar waktu ke beberapa jam yang lalu agar ia bisa kembali tidur dan melupakan semuanya.

     "Aarrgghh!!!" Geram Sarah yang kemudian menyudahi acara menyikat giginya begitu saja. Semakin di ingat semakin membuatnya kesal. Harinya diawali dengan suasana hatinya yang buruk dan Sarah percaya jika itu akan mempengaruhi terhadap kegiatannya hari ini.
.
.

     "Selamat pagi," Sarah menyapa sang ibunda yang sudah menyiapkan beberapa makanan enak di atas meja makan. Terlihat menggugah selera dan membuat dirinya tanpa sadar menelan ludahnya dengan gerakan yang sangat jelas.

     "Pagi," Sapa Ibu dengan senyuman cerahnya yang secerah mentari di pagi hari. Wajahnya memang sudah memiliki banyak keriput. Tapi bagi sang anak, beliau adalah wanita tercantik yang pernah dikenalnya.

     Sarah segera duduk di kursi makan untuk melihat beberapa masakan buatan ibunya yang begitu enak tiada duanya. Ada nasi, Kari ayam, kentang balado, dan telur dadar yang di iris-iris.

     "Kapan ibu pulang?" Tanya Sarah yang sibuk menyendok makanan ke piringnya. Ia akan makan masakan sang ibu sepuasnya sebelum wanita tua itu pulang ke kampung halaman untuk mengurus ladang dan juga adiknya yang masih SMA.

     "Sore nanti," Jawab ibu yang menatap Sarah dengan senyuman bahagianya. Anaknya yang kemarin selalu mengikutinya bekerja di ladang kini sudah tumbuh besar menjadi wanita cantik dan mandiri.

     "Apa gak bisa di undur?"

     "Lalu adik kamu gimana?"

     Sarah memanyunkan bibirnya layaknya seperti anak kecil "Dia kan udah gede. Lagian Haris pasti bawa temen-temennya juga buat nginep di rumah. Sedangkan aku?"

     Ibu menggeleng pelan melihat tingkah Sarah yang benar-benar kembali manja seperti anak kecil.
"Kamu jauh lebih gede. Ibu udah gak perlu khawatir lagi sama kamu."

     "Ibu ini jahat banget deh. Aku kan anak cewek."

     "Ibu begitu karena percaya kamu ini gak bakal macam-macam. Oh iya. Kamu gak lihat pertandingan semalam sampe beres ya? Benar-benar seru banget."

     Seketika mood Sarah langsung berubah jelek. Wanita itu berhenti menyendok makanan di piringnya dan malah menatap sang ibu dengan raut yang begitu malas.

Back to Me, Please?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang