bab 51.

2.8K 189 2
                                    

     Tahu apa yang lebih mengganggu dari sebuah kedatangan tamu tak di undang yang sama sekali tak kita harapkan?

     Bian melipat kedua tangannya di perut seraya menatap dua orang di depannya dengan pandangan malas. Benar sekali. Pertengkaran pasangan suami istri yang membawa masalah rumah tangga mereka ke dalam rumah orang lain.

     "Lalu kamu maunya apa? Aku bilang enggak selingkuh, tapi kamu gak percaya. Terus kalo aku bilang 'iya', kamu malah ngamuk-ngamuk. Trus mau kamu itu apa?" Tanya Danu saat kini tengah berhadapan dengan Tiara yang menyusulnya ke rumah Bian. Tanpa kehadiran anak mereka yang masih kecil, sepertinya Tiara sengaja tak membawa bayi kecilnya dan memilih untuk menjemput suaminya seorang diri.

     Tiara mendengus seraya bertolak pinggang mendengar pembelaan Danu yang menurutnya begitu telat. "Kalo gak selingkuh, lalu kenapa kalian bisa pulang bareng seakan udah janjian?"

     "Harus berapa kali aku bilang? Dia minta tumpangan karena katanya dompet dia hilang," kata Danu membela diri. Mengusap wajahnya dengan sebelah tangan seolah mengatakan jika dirinya lelah. Lelah dengan aktivitas yang menguras tenaga dan pikirannya, juga menghadapi pertengkarannya dengan sang istri yang tak akan pernah selesai menggunakan cara mudah.

     "Ohh... Baik banget! Lalu apa orang yang dia kenal cuma kamu doang? Kerja bareng dan sekarang pulang pun barengan. Dan bukannya dulu kamu suka banget sama cewek itu? Apa jangan-jangan nanti kalian tidur barengan juga?"

     "Astaghfirullah Tiara!" Bentak Danu mengingatkan sang istri yang selalu berpikiran negatif tentangnya. Bukan hanya sekali dua kali ia di tuduh begitu oleh istrinya. Lagi dan lagi, Tiara selalu menuduhnya bermain api dengan Siska di belakang.

     Sarah yang berdiri di pojokan bersama Bian mendorong tubuh suaminya tersebut meminta untuk meleraikan. Tapi tentu Bian tak ingin susah payah melakukan hal melelahkan itu dan lebih memilih untuk menggeleng dengan penolakan yang amat keras.

     "Bi." Sarah berbisik yang lagi-lagi hanya mendapatkan respon gelengan. Bian tentu tak ingin ikut campur dan lebih memilih untuk menjadi penonton saja. Selain menonton acara kebakaran, tentu hal yang lebih menyenangkan lainnya adalah dengan menonton pertengkaran suami-istri secara langsung. Menilik dari pengalamannya selama ini, pria itu jelas mengetahui adegan apa selanjutnya yang akan terjadi. "Bagian yang paling serunya baru di mulai."

     Bukannya mengalah saat mendengar suaminya membentak, Tiara justru semakin bersemangat untuk menuduh suaminya berselingkuh. "Apa? Emangnya aku salah?!"

     Bian kemudian menunjuk Danu dan memberi arahan layaknya seorang sutradara yang bekerja dibalik kamera. "Kan? Setelahnya, Danu mulai kesel."

     "Tiara. Bisa berhenti gak?" Tanya Danu dengan nada pelan namun terdengar penuh penekanan.

     Kali ini giliran Tiara yang Bian tunjuk. "Tiara makin marah."

     "Oh, kamu mau berhenti? Capek punya istri kayak aku? Mau berhenti aja? Gak sekalian kamu juga pensiun jadi ayahnya Dante?" Bentak Tiara tepat seperti yang diucapkan oleh Bian.

     Seperti cenayang, Sarah hanya bisa terdiam menatap suaminya yang seakan bisa menerawang apa selanjutnya yang akan terjadi pada pasangan yang baru menikah tersebut.

     "Danu akhirnya berteriak." Bian masih berulah.

     "Tiara!" Teriak Danu akhirnya tak bisa membendung kemarahannya.

     "Danu kemudian di gampar." Dan tepat setelah teriakan Danu dan juga ucapan Bian, Tiara benar-benar menampar pipi suaminya dengan keras karena merasa kecewa oleh bentakan kasar Danu terhadapnya.

Back to Me, Please?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang