bab 25. Aku datang~

2.8K 243 8
                                    

     Bian menghentikan mobilnya didepan kediaman Jihan. Turun dari mobilnya, Bian menatap rumah sederhana itu dengan raut wajah sedih, kediaman Jihan yang sekarang tentu lebih kecil dari rumah mereka yang dulu.

     Berjalan memasuki pekarangan rumah, matanya kemudian menangkap keberadaan Ayah melodi yang tengah duduk santai didepan rumah. Raut santai pria itu seketika langsung berubah saat melihat kedatangan anak tiri istrinya ke rumah tersebut.

     "Apa kabar pak?" Sapa Bian hendak menyalami Bramantyo. Pria tua yang langsung bangkit dari kursi duduknya tepat setelah melihat kedatangan Bian. Namun bukannya menyambut dengan baik, Bram justru malah menghadiahi sebuah tamparan di pipi Bian yang terdengar begitu keras. Ia marah.

     "Ngapain kamu ke sini?"

     Bian terdiam sebentar seraya menatap tangannya yang terulur nganggur. Menghembuskan napasnya pelan, Bian tentu tahu bagaimana pria tua itu memandangnya. Padahal aku udah nyangka bakal begini. Tetep aja masih ngarep! Bian sadar diri, sampai kapanpun dirinya tak akan di terima oleh Bramantyo. Dan hal tersebutlah yang membuatnya menjauhi Jihan dan juga Melodi. Karena dirinya yang merupakan orang asing sampai kapanpun tak akan bisa menjadi dekat dengan keluarga angkatnya.

     "Aku cuma mau ketemu Mamah bentar," kata Bian dengan wajah menunduk dan tangan yang mengusap pipinya. Perih.

     "Mamah yang Mana? Jangan pernah berharap dan segera angkat kaki dari sini! Kamu ini gak tahu malu apa bagaimana? Cepat sana pergi!!" Teriak Bram dengan tatapan nyalang menatap Bian dengan penuh kebencian.

     "Bian! Sayang! Kamu gak papa?!" Teriak Jihan yang berlari keluar dari rumah. Mendengar suaminya yang berteriak dan terdengar mengusir, jelas wanita itu sangat tahu apa yang menyebabkan suaminya bersikap demikian. Kedatangan Bian.

     Berlari menghampiri anak angkatnya, Jihan segera melihat kondisi Bian yang terdapat luka merah bekas tamparan di pipi kirinya.

     "Ngapain kamu masih peduliin anak ini?" Tanya Bram yang tak suka istrinya bersikap berlebihan kepada Bian.

     "Dia ini anakku juga," jawab Jihan.

     "Anak? Kita gak pernah punya anak selain Melodi!"

     Jihan terlihat tak peduli, yang lebih ia pedulikan adalah keadaan Bian yang sepertinya syok karena Bram selalu bersikap kasar terhadap pria tampan tersebut. "Bian, ikut sama mamah sebentar. Kita bicara di luar," kata Jihan yang dijawab anggukan setuju oleh Bian. Keduanya kemudian berjalan bersama meninggalkan Bram yang tampak tak percaya dengan perlakuan istrinya kepada Bian. Begitu berlebihan.

oOo

     Sarah baru keluar dari kamar mandi setelah dirinya selesai mencuci rambut. Berjalan menuju depan TV, pandangannya kemudian tertuju pada kamera CCTV yang seakan mengawasinya saat ini.

     Teringat dengan percakapannya kemarin dengan Bian, wanita itu kemudian berjalan menghampiri CCTV sambil berkacak pinggang dan menunjukkan wajah yang seakan menantang.

     "Apa aku bisa percaya sama kamu gitu aja?" Tanya Sarah seakan menganggap jika kamera itu adalah Bian. Bagaimana pun dirinya takut. Takut jika apa yang Bian lakukan sekarang hanya untuk mengujinya saja. Dulu pria itu bersikeras seakan tak mempercayainya, tapi kenapa sekarang tiba-tiba berubah?

     "Aku sedikit ragu untuk menerima kamu kembali. Bolehkan kalo aku minta sedikit waktu?" Tatapan mata Sarah berubah sendu. Masih menatap kamera, dirinya berharap bisa menemukan jawaban dari semua yang ia ucapkan untuk Bian. Dirinya ingin percaya, namun ketakutan itu kembali menghantuinya. Ia takut perasaan kecewa itu datang untuk yang kedua kalinya.

Back to Me, Please?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang