bab 12. Saingan

3.3K 252 2
                                    

     Bian terbangun dari tidurnya. Menatap sekitarnya yang terasa berbeda, pria itu kemudian tersenyum saat baru menyadari jika dirinya tidur di ruang tamunya Sarah. Iya, di sofa milik mantan istrinya. Hanya bermodal bantal sofa dan selimut tipis yang menjaganya dari dinginnya malam.

     Bian kemudian meringis merasakan sakit di bagian leher. Memijat lehernya pelan, pria itu  kemudian menatap jam dinding bulat yang terpasang di atas TV. Pukul 4.57 pagi

     Menoleh ke kiri dan ke kanan, tak tampak Sarah di manapun mata pria itu mengarah.

     "Dia belum bangun ya?" Gumam Bian mulai bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. Berjalan melewati kamar, langkah Bian terhenti didepan pintu kamar Sarah yang sedikit terbuka.

     Rasa penasaran mulai menghampiri, pria berusia 29 tahun itu terlihat menimbang sebelum akhirnya mendorong pintu kamar tersebut dengan pelan hingga tak menimbulkan suara sedikitpun.

     Melangkahkan kaki sepelan mungkin, hati Bian mulai berdegup kencang saat melihat Sarah yang masih tertidur dengan memeluk bantal guling. Terlihat tenang dan damai sampai tak menyadari jika seorang pria baru saja masuk kedalam kamarnya. Tentu saja karena dia sedang tertidur.

     Harusnya aku yang dia peluk! Batin Bian seraya menatap guling yang di peluk Sarah dengan tatapan mata kesal. Membayangkan jika guling itu hidup dan menatapnya dengan lidah menjulur keluar. Ahh benar-benar membuat Bian kesal.

oOo

     Sarah keluar dari kamarnya dengan tergesa. Lagi-lagi dirinya kesiangan. Tanpa menyadari kehadiran Bian yang tengah memasak didapurnya, wanita itu segera berlari menuju kamar mandi dan membanting pintu dengan cukup keras, hingga membuat Bian sedikit melonjak kaget dibuatnya.

     "Apa dia selalu seheboh ini?" Gumam Bian yang sudah mandi dan bahkan menata rambutnya dengan begitu rapi. Hanya tinggal mengganti pakaian maka tampilannya sudah sangat terlihat sempurna.

     Bian menghembuskan napas seraya menggeleng pelan. Berbalik badan dan kembali menatap teflon yang ada di atas kompor. Dirinya tengah memasak untuk sarapannya yang akan disantap bersama Sarah.
.

     Sarah—yang baru selesai mandi—keluar dari kamar mandi hanya dengan memakai balutan handuk yang melilit tubuhnya. Berjalan kembali menuju kamarnya, wanita itu seketika berteriak saat melihat Bian yang sudah duduk stand by di kursi makan dengan dua piring nasi goreng yang tersedia di atas meja. Menggunakan pakaian kantornya yang lengkap dengan jas hitam dan pantofel juga, pria itu tersenyum menatap Sarah seakan mengatakan jika dirinya tengah menunggu wanita tersebut.

     "Selamat pagi," sapa Bian dengan wajah secerah mentari. Sarah yang terkesima hanya bisa menunjuk Bian dengan mulut sedikit menganga.

     "Kamu... Ngapain disini?"

     "Semalam kan aku nginep."

     "Kamu gak pulang?"

     Bian mengerutkan keningnya lalu menggeleng pelan. "Kenapa harus pulang? Kita bisa pergi kerja bareng kan?"

     "Hah?" Alis mata Sarah mengerut. Ia kemudian berkedip beberapa kali dan mulai menatap pakaian yang Bian kenakan saat ini. Padahal semalam pria itu hanya mengenakan kaos oblong yang dibalut jaket levis dan juga celana jeans. "Lalu darimana kamu dapet pakaian itu?"

     Bian ikut menatap pakaian yang tengah dikenakannya. "Oh, aku selalu bawa baju ganti di mobil buat jaga-jaga," jawab Bian yang balik menatap tubuh Sarah. Bahu yang terekspos, paha putih, dan juga betis yang tak di tumbuhi bulu sedikitpun.

Back to Me, Please?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang