bab 47. Cameo

2.7K 187 18
                                    

     "Danu? Maksudnya... Yang ada di aplikasi itu?" Ujar Sarah tak percaya saat melihat pria bertubuh kurus didepannya.

     Pangling. Itulah perasaan yang tepat untuk menggambarkan sosok pria itu saat ini. Pipinya yang dulu di penuhi oleh jerawat perlahan mulai terlihat mulus, rambut belah tengahnya kini telah berubah dengan di tata sedemikian rupa mirip oppa Korea. Kaca mata yang dulu sering pria itu kenakan kini telah tiada. Begitupun dengan kawat gigi yang selalu menjadi penambah kejelekannya.

     Terlalu banyak perubahan yang terjadi pada pria itu sampai-sampai Sarah dibuat kaget. Meski dulu ia hanya melihat dari foto profil yang ada di aplikasi dating, tentu melihat pria itu secara langsung benar-benar bagai sebuah mukjizat.

     "Kamu kaget?" Tanya Bian pada Sarah yang duduk di sampingnya. Oh, haruskah kita tahu dimana mereka sekarang? Mungkin ya untuk mengatakan bahwa Kafe tempat mereka berkumpul saat ini.

     Hanya bertiga. Danu, Sarah, dan juga Bian, mengingat teman kencan Danu ternyata datang terlambat, jadi mereka memulainya tanpa wanita yang masih rahasia entah dimana keberadaannya saat ini.

     "Aku juga kaget, dulu dia itu jelek banget. Tapi setelah dekat dengan cewek, kayak Transformers. Wuusshh~ aku bahkan hampir pingsan ngelihatnya," lanjut Bian berbicara blak-blakan apalagi tentang wajah Danu yang dulu.

     Sarah yang mendengar ucapan Bian sontak langsung menyikut tubuh pria tampan itu untuk mengingatkan. Tidak baik mengatakan bagaimana rupa seseorang apalagi sampai mengatai jelek secara terang-terangan. Logikanya, menjaga hati orang lain tentu point utama yang mesti di terapkan.

     Tersenyum, Danu tampaknya masih merasa canggung dengan pertemuan pertamanya dengan Sarah. Wanita yang merupakan mantan istri dari temannya itu benar-benar cantik layaknya seorang bidadari yang turun ke bumi dan tersesat di tengah hutan.

     "Oh iya. Pacarmu masih lama?" Tanya Bian yang menjadi pengisi suara di sana. Karena pada dasarnya, Sarah hanya diam merasa canggung. Sedangkan Danu tampaknya cukup pendiam. Atau mungkin pria itu tipe yang pemalu?

     Menatap ponselnya sebentar, Danu kemudian mengangkat wajahnya dan tersenyum senang saat melihat teman kencannya yang baru memasuki kafe.
"Itu dia."

oOo

     Fandi menemui Alvin yang kini keadaannya begitu menyedihkan. Rambut yang selalu di tata sedemikian rupa itu kini tak lagi memiliki pesona. Raut wajahnya yang terlihat murung tak hentinya tertunduk dalam, dan juga baju tahanan yang jauh dari kata kesan modis yang selalu pria itu tunjukan.

     Menghembuskan napas melihat anaknya yang terduduk di hadapannya dengan tangan yang di borgol, lagi-lagi hati nuraninya menjerit merasa sedih karena Alvin harus mengalami hal yang dulu ia alami.

      "Kamu udah makan?" Tanya Fandi memecah keheningan di antara keduanya.

     Alvin yang sepertinya kaget mendengar ucapan Fandi mengangkat wajahnya sebentar lalu menunduk lagi sambil menggeleng lemah. Tanpa bersuara ataupun berekspresi angkuh seperti biasanya. Semua kesan jahat pemuda itu seakan lenyap, tak lebihnya anak kecil yang ketakutan, begitulah Alvin saat ini.

     Fandi menghapuskan raut sedihnya dan menggantinya dengan senyuman tipis. Anaknya mulai kembali seperti dulu. "Kalau gitu kita makan dulu," lanjut pria paruh baya itu meletakkan tas bekal yang dibawanya di hadapan mereka.

     "Apa itu?" Alvin mulai bersuara saat Fandi terlihat sibuk mengeluarkan kotak bekal dari dalam tas. Membuat senyuman Fandi mengembang lalu membuka salah satu kotak yang berisi masakan buatannya yang terlihat enak.

Back to Me, Please?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang