Alvin dengan pakaian santainya—memakai kaos oblong abu-abu serta celana kolor pendek— meletakkan semangkuk nasi di atas meja lengkap dengan garpu dan juga sendok makan.
Berjalan mendekati kompor, pemuda itu kemudian menyendok sup Kari yang baru ia hangatkan di panci dan memasukannya kedalam mangkuk.
Fandy yang merupakan ayah Alvin berjalan memasuki dapur. Pria tua bermata sipit dan juga berwajah oriental itu menatap anaknya dalam diam lalu kembali melangkah mendekati meja makan.
"Kamu gak berbuat yang salah kan?" Tanya Fandy yang mulai mendudukkan tubuhnya di atas kursi.
Menyadari kehadiran sang ayah, tangan Alvin yang tengah menyendok sup Kari tiba-tiba berhenti sejenak. Sorot mata Alvin tiba-tiba berubah. Seakan tak suka, pemuda itu melirik sinis ke arah Fandy yang tampaknya sudah siap untuk di beri makan.
"Gak usah so peduli," kata Alvin yang kemudian meraih daging rendang yang sebelumnya sudah ia sisihkan di piring dan membawanya ke arah meja makan. Meletakkan sup Kari dan daging rendang di hadapan sang ayah, laki-laki berwajah imut itu kemudian menatap Fandy dengan tatapan tajam yang terlihat menakutkan.
"Ayah cuma gak mau kamu salah jalan," ujar Fandy menatap anaknya dengan raut wajah khawatir. Seperti kebanyakan orang tua lainnya yang risau terhadap anak mereka, namun sayang itu sama sekali tak membuat Alvin terkesan.
Dengan senyuman sinisnya, Alvin menatap Fandy seakan rasa hormatnya pada sang ayah telah sirna. Dan memang begitulah kenyataannya.
"Makan itu lalu cepet tidur. Jangan pernah ganggu atau berusaha mau ikut campur. Paham? Sukur-sukur masih dikasih makan. Harusnya orang macam ayah udah aku buang dari dulu," ujar Alvin dengan suara penuh kebencian. Menatap Fandy dengan pandangan nista, Alvin sukses membuat ayahnya menunduk dan mulai meraih alat makan.
Dasar pembunuh! Batin Alvin menghembuskan napasnya yang terasa berat lalu berbalik pergi meninggalkan meja makan.
"Kamu gak ikut makan?" Tanya Fandy saat tubuh Alvin sudah berada di ambang pintu. Pria tua itu bertanya sambil tak menghentikan kegiatannya yang memasukan makanan kedalam mulut persis seperti pengemis yang tak makan selama tiga hari. Terlihat menyedihkan hingga membuat nafsu makan Alvin hilang dalam seketika.
"Nggak!" Alvin yang berdiri tanpa berbalik menyahut sekilas lalu melanjutkan langkahnya meninggalkan sang ayah. Membiarkan pria tua itu menghabiskan semua makanan seolah dirinya tengah mempersiapkan diri jika takutnya besok tak di beri makan. Terlihat rakus dan itu benar-benar menyeramkan.
oOo
Sarah yang sudah memakai Apron tampak sibuk memotong bawang bombai. Memanaskan margarin di atas teflon, ia kemudian memasukan bawang bombai, wortel yang di potong dadu serta cabai dan juga smoke beef yang sudah ia iris. Mengaduk semuanya agar matang secara merata, matanya kemudian menangkap sosok Bian dengan pakaian santainya berjalan memasuki dapur.
"Kamu mandi?" Tanya Sarah di lihat dari lamanya Bian tak muncul. Dan sepertinya dugaan Sarah memang benar. Pria itu terlihat segar dengan aroma sabun yang langsung menguar tepat setelah Bian menghampirinya.
"Badanku gampang keringetan. Jadi rasanya lengket," jawab Bian yang kemudian berdiri di samping Sarah. Menatap ke arah teflon, Bian mencoba melihat apa saja yang hendak Sarah masak.
"Masak apa? Pasta?" Tanya Bian mulai menerka. Alisnya kemudian bertaut saat melihat Sarah meletakan mie yang telah di rebus sebelumnya tersebut ke hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back to Me, Please?
عاطفيةKarena gagal taruhan, Sarah harus menerima tantangan dari temannya yaitu dengan mendaftarkan diri di aplikasi kencan online. Siapa sangka, hal itu membuatnya harus bertemu dengan mantan suaminya yang juga ikut mendaftar di aplikasi tersebut. Bian ad...