bab 41. I tell you something

2.2K 201 9
                                    

     Sarah berjalan menuju ruangan Team Marketing untuk mengambil laporan yang sangat ia butuhkan. Melangkah dengan wajah berseri, Sarah tak hentinya menunjukkan senyuman malu-malu saat dirinya kembali mengingat waktu dimana Bian mencium bibirnya di dalam kantor.

     Layaknya seorang ABG yang baru merasakan indahnya ciuman pertama, padahal umurnya terlalu tua untuk menyadari jika dirinya tengah tersipu malu seperti itu.

     "Mbak Sarah," panggil orang yang berada di depan Sarah. Membuat wanita itu mengangkat wajah dan menemukan Alvin yang berjalan dengan wajah riang mendekati Sarah.

     Kulit wajah yang begitu putih, mata sipit khas keturunan Tionghoa, juga bibir pink tipisnya yang lebih mirip dengan bibir perempuan.

     Sarah tertegun melihat senyuman Alvin yang membuatnya kembali teringat dengan ucapan Bian. "Gak mungkin kan kalo beneran dia?" Sarah bergumam pelan lalu menggelengkan kepalanya pelan saat Alvin telah berdiri di hadapannya. Memasang senyumannya, Sarah membalas sapaan Alvin dengan ramah seperti biasa.

     "Mau kemana?"

     "Ketemu mbak. Aku disuruh nganter laporan ini sama pak Yuda," tunjuk Alvin pada map di tangannya.

     Sarah yang melihat map di tangan Alvin lalu mengangguk mengerti seraya kembali menatap Alvin dengan senyuman, "Aku baru aja mau ngambil."

     "Seriusan?" Tanya Alvin memasang mimik kaget, "Wah, bukannya itu kebetulan yah? Kita sama-sama pengen ketemu. Kalo kata orang sih itu namanya jodoh."

     "Hahaha..." Sarah tertawa hambar, "Sebenarnya aku cuma mau lihat laporannya," lanjutnya yang membuat Alvin sadar lalu menyerahkan map di tangannya segera kepada Sarah.

     "Oh iya. Ini mbak," kata pemuda imut itu tak lupa menunjukkan senyuman manisnya. Membuat Sarah mau tak mau tertular oleh senyumannya. Senyuman Alvin benar-benar semanis permen.

     "Kalo gitu, aku balik dulu ya."

     "Mbak..." Panggil Alvin berusaha menahan Sarah. Memasang ekspresi sedih, pemuda itu sukses membuat simpati Sarah mulai terusik. Benar-benar pintar bersandiwara dan juga menggiring simpatik orang. Namun sayangnya bakat itu tak Alvin gunakan untuk hal yang lebih positif. Misalnya bermain film? Dengan akting dan wajah yang dimilikinya, bukan tak mungkin jika pemuda itu akan menjadi idola baru dan tentunya membuat dirinya lebih sukses.

     "Ada apa?" Tanya Sarah bingung.

     Mengulum bibirnya pelan, Alvin lalu kembali menatap Sarah dengan sebuah tatapan sedih yang pintar ia tunjukkan didepan orang yang diincarnya.

     "Sebenarnya aku sedih. Semalam aku mimpi ketemu ibuku. Ibuku itu... Dia orang baik yang sayangnya harus meninggal bahkan saat umurku masih kecil. Aku sedih banget mbak... Aku kangen sama ibu." Alvin sedikit terisak lalu mengusap matanya yang benar-benar mengeluarkan air mata.

     Air mata sungguhan, bukan obat tetes mata ataupun sejenisnya. Benar-benar murni air yang keluar dari matanya. Masalah itu air mata buaya atau kadal, satu hal yang pastinya perlu diingat.

     Sarah telah tertipu.

oOo

     Tiara merenggangkan otot tangannya setelah cukup lama dirinya berkutik dengan komputer didepannya. Menoleh ke arah samping, tempat dimana Sarah berada kini terlihat kosong. seharusnya wanita itu kembali beberapa menit yang lalu, namun entah kenapa sampai saat ini Sarah belum kembali dan itu membuatnya sedikit khawatir.

     "Kenapa dia belum balik juga? Katanya cuma ngambil laporan doang." Tiara berbicara pada dirinya sendiri.

oOo

Back to Me, Please?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang