Bian membuka pintu rumahnya. Alis mata pria tampan itu mengerut saat melihat Melodi yang berdiri di depan rumahnya dengan berlinang air mata.
"Mel?" Panggil Bian yang terlihat khawatir. Melodi terisak dan tangisannya membuncah saat melihat wajah Bian. Bergerak memeluk Bian, wanita muda itu langsung mencurahkan apa yang membuatnya menangis.
"Kakak... Hiks!"
"Kamu kenapa?" Tanya Bian yang sepertinya kaget dengan gerakan Melodi yang segesit ular saat mematuk mangsanya.
"Papah kak, papah. Dia lagi-lagi bikin onar dan bahkan udah berani nampar aku. Hiks! Aku takut kak. Aku gak mau tinggal bareng dia." Melodi menangis dan semakin mengeratkan pelukannya di pinggang Bian yang membuat sang kakak tirinya merasa risih.
Bian mencoba melepaskan pelukan Melodi meski memang nyatanya cukup susah. Seakan tak mau lepas, Melodi terus berusaha menempel seperti lintah yang menyebalkan.
"Mel, lepasin dulu. Gak enak di lihat orang."
"Hiks! Kakak lebih khawatir sama pandangan orang dibandingkan dengan keadaanku?"
"Bukannya begitu. Tapi lepasin dulu. Aku gak nyaman."
"Gak mau. Pokoknya aku mau tinggal sama kakak. Aku gak mau lagi ketemu sama papah."
"Mel..." Panggil Bian mulai putus asa. Ia merasa sesak karena Melodi memeluknya dengan sangat erat tapi ia juga tak bisa melepaskannya dengan mudah.
Saat tengah menghembuskan napasnya, Sarah tiba-tiba datang menghampiri dengan raut wajah yang terlihat bingung.
"Bian. Seafoodnya udah selesai aku bersihkan. Mau di masak dengan bumbu apa?" Tanya Sarah yang seketika membuat Bian dan Melodi menoleh secara bersamaan. Kaget tentunya apalagi Melodi.
Masih dengan memeluk Bian, Melodi jelas merasa tak percaya karena Sarah berada di rumah Bian lebih dulu dari dirinya. Ia kalah cepat. "Mbak Sarah..."
"Wah, mirip gurita ya. Nemploknya sempurna banget sampe gak ada celah," komentar Sarah yang mencoba menyembunyikan keterkejutannya akan posisi Bian dan Melodi saat ini. Melodi memeluk dengan sangat erat seperti pasangan sejoli yang tak mau di pisahkan. Mungkin itu hanya berlaku untuk Melodi seorang sedangkan Bian lebih mirip seperti terpaksa dan memang itu kenyataannya.
oOo
"Mbak ngapain di sini?" Tanya Melodi saat dirinya kini yang sudah duduk berdua dengan Sarah di ruang tamunya Bian. Menatap wanita yang lebih cantik dari dirinya tersebut dengan pandangan waspada, ia tentu tak ingin membuat kesalahan yang hanya akan membuat Bian semakin tak menyukainya.
"Yang jelas aku ada di sini karena di culik," jawab Sarah membuat Melodi mendengus tak percaya.
"Diculik? Padahal pintu rumah gak di kunci. Lalu kenapa mbak gak kabur?"
Sarah mengangguk pelan lalu mulai menegakkan tubuhnya seraya menatap Melodi dengan raut wajah bingung. "Iya juga. Kenapa ya?" Tanya Sarah balik dengan nada bicaranya yang terdengar menyebalkan. Sungguh membuat Melodi geram hanya dengan melihat sikap Sarah secara langsung. Seakan mengejek atau sejenisnya. Melodi benar-benar mulai mendidih sekarang.
oOo
Alvin duduk di atas motornya yang sengaja ia parkir di depan halaman rumah yang Sarah tempati. Menatap sekitar dengan pandangan bingung, ia kemudian melihat jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Jam 5 sore tapi tak ada tanda-tanda keberadaan Sarah yang akan muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back to Me, Please?
RomanceKarena gagal taruhan, Sarah harus menerima tantangan dari temannya yaitu dengan mendaftarkan diri di aplikasi kencan online. Siapa sangka, hal itu membuatnya harus bertemu dengan mantan suaminya yang juga ikut mendaftar di aplikasi tersebut. Bian ad...