Sarah duduk di sofa kantor Bian, sedangkan sang pemilik kantor duduk di meja kebesarannya. Menggerakkan mouse dengan malas sambil menumpu dagunya dan menatap Sarah dalam diam.
Wanita yang sudah 4 tahun menjabat menjadi Asisten manajer itu terlihat fokus menatap layar laptop di depannya dengan sesekali tampak mengerutkan kening.
"Apa sudah paham?" Tanya Bian akhirnya setelah Sarah mulai menatap padanya.
Sarah menggeleng lalu menutup layar laptop di depannya dengan helaan napas. "Hubungan video ini sama pekerjaanku apa? Isinya cuma seputar cara membuat kopi yang benar. Hanya itu."
"Ya itu kan tugas yang aku berikan untuk kamu. Kalo udah paham, selanjutnya tinggal praktek. Bikinin aku kopi seperti yang ada di video itu," ujar Bian mulai menampilkan senyuman jahatnya.
"Bisanya cuma bikin susah," Sarah bergumam seraya menghembuskan napas dan memalingkan wajahnya ke arah lain. Hal yang Sarah lupakan adalah kenyataan jika Mantan suaminya mempunyai pendengaran yang sangat tajam.
"Kamu bilang apa?" Tanya Bian menyorot Sarah dengan wajah tak senangnya. Sarah yang sadar dirinya keceplosan segera menutup mulutnya dan menggeleng dengan cepat.
"Bukan apa-apa."
"Ngomong yang jelas."
"Nggak!"
"Sarah..."
"Aku pergi bikinin kopi sekarang," Sarah lalu bangkit berdiri dan bergegas berjalan menuju pintu keluar. Meninggalkan Bian dengan pandangan kesalnya karena Sarah mengatakan jika dirinya menyusahkan. Berani-beraninya wanita itu.
oOo
Malam hari.
Sarah membuka pintu rumah dan langsung terkejut melihat pemandangan di depannya yang terlihat seperti kapal pecah di bandingkan sebuah rumah. Pakaian yang baru di angkat dari jemuran memenuhi sofa. Bungkus snack dan bekas pizza yang berserakan di atas meja. Belum lagi piring kotor yang memenuhi wastafel.
Merasa lelah, Sarah mendudukkan tubuhnya di atas sofa yang kosong sembari meletakkan tasnya dengan asal. Harinya benar-benar menguras tenaga dan pikiran. Belum lagi dengan bekerja di bawah pengawasan Mantan suaminya. Siapa bilang itu akan menyenangkan?
Menatap sekitar dengan helaan napas, Sarah merasa miris dengan hidupnya yang selalu begitu-begitu terus. Tiada hari untuknya istirahat meski itu di rumahnya sendiri.
"Kapan ya? Bisa ongkang-ongkang kaki tanpa perlu mikirin kerjaan rumah apalagi harus repot mikirin masak."
Tlung~
Sebuah pesan tiba-tiba masuk ke dalam handphonenya yang membuat Sarah mengambil smartphone tersebut dari atas meja. Melihat siapa pengirim pesannya yang ternyata adalah Bian. Raut wajah Sarah langsung berubah malas apalagi membaca pesan yang dikirimkan oleh mantannya.
“Udah makan? Aku tadi pesen gofood tapi kayaknya nyasar ke alamat kamu. Ntar terima aja ya. Sama-sama.”
"Idih," komentar Sarah merasa tak habis pikir. Ia lalu meletakkan kembali handphonenya ke atas meja dengan sembarangan. Pesan dari Bian sama sekali tak membuatnya berkesan. Apalagi membuatnya berkeinginan untuk membalasnya.
Sarah tak peduli. Wanita itu lebih memilih untuk bangkit berdiri seraya menggulung lengan kemeja kerjanya sampai batas siku dan bersiap untuk membereskan rumah. Pekerjaan rumahnya lebih penting daripada meladeni sikap aneh Bian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back to Me, Please?
RomanceKarena gagal taruhan, Sarah harus menerima tantangan dari temannya yaitu dengan mendaftarkan diri di aplikasi kencan online. Siapa sangka, hal itu membuatnya harus bertemu dengan mantan suaminya yang juga ikut mendaftar di aplikasi tersebut. Bian ad...