Taman belakang rumah,
Salah satu tempat favorit yang biasa di gunakan Bian dan keluarga untuk bersantai menikmati hari libur yang mereka punya.
Beberapa jenis tanaman bunga yang selalu dirawat oleh Sarah. Ayunan di samping kolam renang, dan juga sebuah tenda yang sengaja Bian pasang atas permintaan sang anak kesayangan.
Tikar yang di gelar di atas rumput, beberapa jenis camilan sisa di atas piring, mainan yang berserakan di sekitar, Adel yang tertidur di atas paha Sarah, dan Sarah yang tak hentinya menatap sambil mengusap kepala anaknya dengan pelan.
Bian datang menghampiri. Melepas sandal rumah di sisi tikar, dirinya lalu duduk di samping Sarah sambil menatap wajah anak mereka yang terlihat damai karena bermimpi indah.
"Udah tidur?" tanya Bian dengan suara sedikit berbisik tak percaya. Padahal hanya beberapa menit dirinya di telepon oleh pegawainya untuk membahas pekerjaan, tapi anaknya ternyata telah tidur tepat saat Bian kembali bergabung.
"Kecapean," jawab Sarah tanpa hentinya mengusap rambut panjang Adel.
Bian mengangguk lalu menatap wajah anaknya dengan senyuman simpul. Adel terlihat begitu cantik. Wajah sempurna hasil perpaduan antara Sarah dan Bian. Di masa depan, wajah anak itu pasti akan memukau setiap orang.
"Bi..." panggil Sarah dengan suaranya yang lembut.
"Hm?" Bian menyahut merdu lalu mengangkat wajahnya untuk menatap Sarah langsung. Tersenyum manis, selalu ada tatapan penuh cinta yang tersirat dari mata yang laki-laki itu punya.
"Kamu selalu bertanya-tanya gak? Kenapa dulu kita harus bercerai dan sekarang malah menikah lagi?" tanya Sarah berhasil membuat kepala Bian bekerja keras. Kenapa ya?
"Aku menganggapnya sih sebagai takdir," jawab Bian berpikir logis. Untuk apa membuang kemampuan otaknya hanya untuk memikirkan hal yang sudah jelas tercatat didalam takdir kehidupannya. Setiap sebab dan akibat yang terjadi dalam kehidupan manusia pasti ada gunanya. Manusia memang jarang ada yang menyadarinya, tapi skenario sang pencipta sangatlah indah.
Merasa tak mendapatkan jawaban yang memuaskan, Sarah menolehkan kepalanya untuk menatap Bian dan juga memberikan tatapan menuntut.
"Lalu, kenapa dulu kamu ngotot pengen nikahin aku lagi?"
"Sarah..." Bian memanggil dengan nada suara yang rendah meminta istrinya untuk menyerah.
Sarah menggeleng cepat, menolak. "Jawab dulu."
"Karena kamu itu Sarah."
"Danu pernah bilang, dulu kamu pernah deket sama temen kerja yang namanya Jessica. Katanya orangnya cantik, badannya juga bagus. Ya mirip sama model eropa gitu. Terus kenapa kamu gak nikahin dia aja?"
"Ahh... Si Danu itu..." Bian mendesah kesal karena Danu membongkar masalah Jessica pada istrinya. Rupa-rupanya teman yang telah berstatus suami dari Tiara itu ingin balas dendam padanya.
"Bi..." panggil Sarah meminta penjelasan. Tatapan matanya setajam elang jadi sudah jelas jika Bian merasa dirinya tak akan lolos begitu saja.
"Iya-iya..."
"Jadi?" Sarah masih memegang pertanyaannya agar Bian tak mengalihkan pembicaraan ke arah yang lain.
"Karena dia bukan Sarah," jawab Bian bersikukuh pada jawabannya yang pertama.
"Kenapa musti Sarah?"
"Karena yang aku mau cuma Sarah."
Sarah mengerutkan keningnya bingung. "Kalo misal, jodoh kamu bukanlah Sarah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Back to Me, Please?
RomanceKarena gagal taruhan, Sarah harus menerima tantangan dari temannya yaitu dengan mendaftarkan diri di aplikasi kencan online. Siapa sangka, hal itu membuatnya harus bertemu dengan mantan suaminya yang juga ikut mendaftar di aplikasi tersebut. Bian ad...