Bian berjalan memasuki lift yang mengarah langsung menuju basement. Tempat dimana para mobil karyawan perusahaan terparkir.
Langkahnya kemudian terhenti saat melihat Melodi yang berdiri sendirian didalam lift. Berdiri menyandarkan tubuhnya dengan kepala tertunduk dalam. Sepertinya wanita muda itu tengah menunggu seseorang.
"Mel?"
Merasa terpanggil, Melodi kemudian mengangkat wajahnya lalu tersenyum senang melihat kedatangan Bian. Pria yang saat ini sudah berdiri didepannya dan menekan tombol lift yang akan membawanya ke basement.
"Kakak."
"Ngapain di sini?" Tanya Bian tanpa menolehkan kepalanya. Berdiri di depan Melodi tanpa berusaha untuk menoleh ataupun mensejajarkan tubuh keduanya. Tidak ada perlakuan khusus, ia akan menganggap Melodi sama seperti karyawan yang lainnya.
"Kakak, gak mau ikut aku pulang ke rumah?"
"Nggak. Kalo aku pulang, yang ada aku cuma bakal berantem sama ayah kamu."
"Tapi... Mamah bilang dia kangen sama kakak," kata Melodi yang kemudian merubah ekspresi wajahnya menjadi sedih. Mengingat kebersamaan mereka dulu yang terasa begitu menyenangkan. Bian dan Melodi tumbuh bersama dalam keluarga yang rukun. Tapi semenjak Ayah kandung Bian meninggal dan Bian yang menikah dengan Sarah, kakak tirinya tersebut mulai menjadi sibuk dengan kehidupan barunya. Apalagi saat Ibunya rujuk dengan sang Ayah—Ayah kandung Melodi—, hubungan ketiganya mulai terasa renggang dan Bian dengan perlahan mulai menjauh. Seakan dikhianati, Bian mulai sulit untuk di hubungi dan selalu beralasan jika di suruh untuk menemui sang ibu tiri.
"Mamah apa kabar?"
"Dia baik, cuma..."
Bian mulai menoleh. Menatap Melodi dengan raut wajah bingung namun tak mengurangi kesan wibawanya. "Cuma apa?"
"Dia sering sakit. Apalagi Papah kadang suka pukulin mamah buat ngelampiasin amarahnya. Aku takut banget kak. Aku kadang gak mau pulang karena tiap hari mereka selalu bertengkar," jawab Melodi yang seketika membuat Bian menghembuskan napasnya merasa miris.
"Bukannya aku udah suruh kalian buat pindah? Dari awal aku udah bilang, ayah kamu itu tempramental, tapi mamah sama sekali gak mau dengar. Orang itu gak mungkin berubah dalam sekejap. Sekalinya tukang maen fisik, kedepannya pasti akan tetap begitu."
Melodi kemudian menggeleng pelan. Isak tangis mulai terdengar darinya. Ia benar-benar bingung harus bersikap bagaimana. Semuanya terasa serba salah baginya dan sang ibunda. "Mamah udah coba buat kabur, tapi tetep ketahuan sama papah. Akhirnya dia di seret dan di siksa selama tiga hari. Aku takut banget kak. Aku gak mau pulang. Aku mau pergi aja dari sana."
"Emangnya kamu mau pergi ke mana?"
"Itu... Apa gak bisa kakak bantuin aku? Aku pengen tinggal bareng sama kakak," kata Melodi langsung tanpa babibu. Ia percaya diri jika Bian tak akan pernah bisa menolaknya. Dari dulu, pria itu akan memberikan apapun yang diinginkannya. Menjadi kakak yang baik yang sangat menyayangi adiknya. Itulah Bian yang dikenalnya selama ini.
Bian terdiam. Ia menunduk menatap sepatu pantofel miliknya yang begitu mengkilap. Pintu lift sebentar lagi terbuka jadi ia harus memutuskan dengan cepat. Apakah itu membawa Melodi ke rumahnya atau justru mengabaikan permintaan adik tirinya yang selalu menjadi penyebab utama pertengkaran antara dirinya dan Sarah.
Ting!
Pintu lift kemudian terbuka. Bian menghembuskan napasnya pelan lalu menggeleng menolak permintaan yang Melodi ajukan. Tidak bisa, sekarang ia dan Melodi sudah dewasa, sudah waktunya mereka menentukan jalan masing-masing dan berhenti untuk ikut campur satu sama lain.
![](https://img.wattpad.com/cover/316522587-288-k234033.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Back to Me, Please?
RomanceKarena gagal taruhan, Sarah harus menerima tantangan dari temannya yaitu dengan mendaftarkan diri di aplikasi kencan online. Siapa sangka, hal itu membuatnya harus bertemu dengan mantan suaminya yang juga ikut mendaftar di aplikasi tersebut. Bian ad...