bab 50. Pernah lihat cobek terbang?

2.9K 195 14
                                    

     Suara desisan dari alat masak menjadi suara yang sangat khas dari rumah tersebut untuk hari ini.

     Daging cincang yang tadi di masukkan mulai terlihat matang, selanjutnya Sarah memasukkan wortel yang di potong dadu serta sayuran hijau lainnya yang akan menjadi pelengkap masakannya. Menambahkan lada serta beberapa bumbu penyedap rasa, wanita itu tersenyum melihat hasil masakannya yang akan menjadi menu Sarapan dirinya dan sang suami.

     Bian keluar dari kamarnya dengan sedikit tergesa. Rambut basah yang di sisir dengan asal, wangi parfum yang menguar, serta dasi polkadot merah yang bahkan belum di ikat. Bian bahkan masih terlihat sibuk mengancingkan kemeja yang dikenakannya saat ini sampai membuat Sarah yang melihatnya berdecak malas.

     Suaminya pasti kesiangan.

     "Aku udah bilang, seharusnya tadi jangan tidur lagi," ujar Sarah lalu memindahkan nasi dan beberapa lauk buatannya ke atas meja makan.

     "Aku baru tidur dua jam saat kamu tiba-tiba ngajak nganu. Coba bayangkan gimana pusingnya aku saat ini," sahut Bian yang seketika membuat Sarah meradang.

     "Ohhh jadi kamu gak suka? Gak mau lagi?" Tanya Sarah yang kemudian mengangguk tak jelas setelah mengambil kesimpulan sendiri. Jadi maksudnya, Bian menyalahkan dirinya yang terlalu bersemangat dan mungkin bisa di bilang terlalu mesum hingga tak memikirkan kondisi suaminya saat itu. Baiklah, untuk kedepannya Sarah tak akan lagi meminta atau bahkan meladeni Bian jika pria itu meminta jatahnya. Sarah sudah bertekad.

     Bian yang menyadari kesalahannya dalam berbicara langsung menutup bibir dan matanya dengan rapat merasa menyesal. "Enggak sayang... Maksud aku tuh bukan begitu loh... Aku suka, suka banget malah," katanya lalu berjalan mendekati Sarah dan memeluk istrinya dari belakang. "Aku cuma kaget, gitu aja kok."

     "Bukannya sama aja? Kamu ngomong begitu—"

     "Eh? Apa anak kita gak papa? Semalam aku mainnya lumayan aman kan? Gak sakit kan?" Tanya Bian memotong ucapan Sarah guna menyelamatkan pembagian jatahnya yang hampir di potong sang istri. Meraba perut Sarah lalu mengusapnya pelan, Bian berhasil mengubah topik pembicaraan yang membuat Sarah seketika langsung melupakan kemarahannya.

     Ikut meraba perut besarnya, Sarah lalu menggeleng cepat saat dirasa tak ada masalah dengan janin yang tengah di kandungnya. "Aku rasa nggak papa." Sarah dengan polosnya menyahut. Tanpa menyadari tentang pengalihan yang tengah Bian lakukan, wanita itu sukses membuat Bian tersenyum karena berhasil mengelabui istrinya.

oOo

     Berjalan dengan penuh percaya diri, Bian yang kini mulai mengenakan kaca mata melangkahkan kakinya menuju lift perusahaan dengan di temani oleh Diandra.

     Tampan.

     Pesonanya benar-benar memikat hingga membuat beberapa pegawai wanita yang baru melamar terpesona sampai lupa untuk berkedip.

     Berjalan melewati para pegawai baru, Bian lalu mengangguk saat sebagian dari mereka memberi hormat bahkan ada yang dengan terang-terangan tersenyum menggodanya. Namun tidak ada yang namanya tergoda untuk seorang Bian Sagara. Tidak, saat dirinya bahkan memiliki seorang bidadari di rumahnya.

     Memalingkan muka saat sadar akan pegawai yang berusaha bermain nakal, Bian lalu beralih berbicara dengan Diandra yang memunculkan ekspresi kecewa dari wanita itu karena merasa di abaikan.

     "Orang itu masih aja," ujar Bian membuat Diandra menatapnya bingung.

     Menoleh ke belakang, wanita itu akhirnya paham dengan maksud dari apa yang atasannya bicarakan. "Bapak setiap tahunnya semakin populer. Tepat setelah lowongan pekerjaan di perusahaan ini di buka."

Back to Me, Please?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang