bab 53

3K 198 8
                                    

Beberapa tahun kemudian

Bian mengetuk kelima jari kirinya pada meja kerja. Tangan kirinya sibuk menggerakkan mouse dengan tatapan mata yang sesekali melirik ke arah foto yang selalu menjadi penyemangat dalam bekerja.

Foto keluarga kecilnya. Bian, Sarah, dan gadis imutnya bernama Adelya.

Dengan mata sipit yang akan melengkung bak bulan sabit saat anak itu tersenyum, pipi chubby yang manis, serta bibir mungil tipis yang sangat mirip dengan bibir miliknya.

Bian tersenyum membayangkan saat ini anaknya pasti tengah bermain dengan Sarah. Oh, kira-kira mereka tengah bermain apa?

Bian sampai merasa iri dengan istrinya yang telah lama mengundurkan diri dan memilih fokus untuk mengurus anak mereka. Ya, meski bekerja merupakan tanggung jawabnya, tetap saja memikirkan anaknya membuat Bian merasa ingin mengambil cuti selama satu tahun penuh. Bukankah ia lumayan serakah?

Terdengar suara pintu di ketuk yang membuat Bian memalingkan wajahnya dari foto untuk melihat siapa yang berani mengusik waktu tenangnya saat ini.

"Masuk," titah Bian dengan suara beratnya. Penuh wibawa, pria itu sedikit memasang wajah bingung saat pintu di buka dan memunculkan seorang pria tinggi berwajah Turki yang khas.

"Pak Direktur?" Sapa Bian yang kaget reflek langsung berdiri untuk menyapa atasannya.

"Apa kabar?" Tanya Pria berjas rapi itu dengan suaranya yang amat sangat ramah.

oOo

Tiara datang mengunjungi rumah Sarah dengan di temani oleh anak laki-lakinya yang baru berusia 5 tahun. Dante, anak yang mirip dengan Tiara, namun memiliki senyuman manis yang mirip dengan Danu. Jelaslah, wong bapaknya.

"Kak Dante~!"

Disambut dengan senyuman Adelya yang riang gembira, kedua anak tersebut kemudian pamit untuk bermain bersama dihalaman belakang.
.
.

Sarah menghidangkan beberapa gelas minuman segar lengkap dengan camilan berbagai jenis yang ia punya. Duduk di samping Tiara yang menatap kedua anak di depannya dengan senyuman, Sarah kemudian mengalihkan pandangannya dan ikut tersenyum melihat buah hatinya yang kini telah tumbuh cantik.

"Padahal Dante itu susah banget buat gaul sama anak perempuan, tapi kalo sama Adel, dia jadi kayak lupa sama gendernya," komentar Tiara saat Dante dengan senyuman manisnya berusaha melindungi Adel dari lebah yang terbang di antara tanaman bunga.

Mirip seperi abang yang menjaga adiknya dengan sangat baik, tentu hal tersebut membuat kedua wanita itu tak hentinya memanjatkan puji dan syukur karena merasa terharu.

"Itu karena mereka tumbuh bersama," sahut Sarah yang di jawab anggukan setuju oleh Tiara.

"Kamu bener. Mereka dari orok barengan terus, malah lebih mirip kayak anak kembar. Oh iya, gimana kalo nanti pas udah gede, kita jodohin aja mereka? Kayaknya seru," ujar Tiara memberi usul.

"Kamu pikir Bian bakal biarin gitu aja?" Tanya Sarah seakan mematahkan harapan terbesar Tiara.

Berdecak, Tiara akhirnya menghela napas merasa perkataan Sarah ada benarnya. Masalahnya ada pada Bian. "Bener juga. Sifatnya itu kurang bagus."

"Kamu pikir sikap kamu ini udah bagus?" Tanya Sarah lagi yang kali ini di balas dengan tatapan tak setuju dari sahabatnya.

Back to Me, Please?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang