bab 34. Today's couple

2.2K 198 21
                                    

     Bian menghampiri Haris yang tengah mengeluarkan isi keranjang milik sang ibu. Beberapa Labu, mentimun, kangkung darat, wortel, cabai, dan juga tomat hasil petik hari ini.

     Bahan masakan yang masih segar yang selalu ibu gunakan untuk makanannya sehari-hari. Tanpa pestisida atau bahan kimia, semuanya asli dari hasil kebunnya sendiri yang dirawat dengan sepenuh hati.

     "Ibu kemana?" Tanya Bian yang membuat Haris menoleh. Tapi meski begitu, tatapan Haris pada Bian masih saja sama. Pemuda itu senantiasa menganggap jika Bian hanya seorang pengganggu yang sulit sekali di lepaskan. Seperti hama yang menyebalkan.

     "Nggak tau."

     Bian terpaku mendengar jawaban Haris yang masih saja bersikap dingin. Berkedip beberapa kali dengan gerakan cepat, ia kemudian membuka pintu dan terlihat kesusahan seakan ada yang mengganjal.

     "Apa pintunya rusak?" Tanya Bian menatap Haris.

     Haris yang tak menoleh dan masih sibuk mengeluarkan sayuran segar menyahut dengan malas. "Harus pakai tenaga."

     "Tapi ini susah banget."

     "Kalo gitu jangan dibuka," jawab Haris tak peduli dengan apa yang tengah Bian lakukan saat ini. Membuat pria yang kini tengah berdiri di belakang Haris tersebut menghembuskan napas sembari menatap pintu—yang sulit dibuka—sambil memikirkan sesuatu.

     "Apa disini ada gergaji?" Tanya Bian yang sukses membuat Haris langsung menoleh ke arahnya. Kaget mendengar pertanyaan Bian, Haris berpikir apakah mantan suami dari kakaknya tersebut akan merusak pintu dapur mereka?

oOo

     Alvin berjalan menuruni tangga dan menemukan Fandi yang terlihat sibuk membereskan ruang tamu. Mengelap meja dan dilanjutkan dengan menyapu. Pria paruh baya itu terlihat bersemangat padahal kemarin dirinya seakan tak memiliki tenaga dan juga gairah hidup.

     Terlihat seperti orang lain jadi jangan salahkan Alvin jika pemuda itu sampai mengira jika ayahnya tersebut salah makan.

     Fandi yang menyadari keberadaan Alvin akhirnya menoleh lalu tersenyum lebar. Yang lagi-lagi membuat Alvin sampai harus memundurkan tubuhnya karena kaget. Apa benar orang itu ayahnya yang baru keluar dari penjara?

     "Kamu lapar? Kebetulan Ayah udah bikinin makanan kesukaan kamu."
.

     Alvin terdiam menatap makanan yang tersaji di depannya. Semangkuk nasi dan juga satu piring lauk berisi masakan ayam Kung Pao yang terlihat menggugah selera.

     "Ayah nyoba bikin semirip mungkin dengan masakan nenek kamu. Meskipun rasanya nggak semirip itu, tapi ayah rasa ini lumayan bisa untuk di makan."

     "Dapat uang dari mana buat beli ayam?" Tanya Alvin yang lebih memikirkan tentang asal muasal Fandi mendapatkan uang. Pria tua itu sudah tidak bekerja, untuk makan pun hanya mengandalkan dari pemberian Alvin. Jadi darimanakah asal ayam tersebut? Tidak mungkin, kan jika Fandi sampai mencuri ayam milik tetangga?

     Fandi tersenyum menunjukkan senyuman yang sudah lama menghilang dari wajahnya. "Ayah tadi ketemu teman yang pernah satu sel saat di penjara. Sekarang dia jadi orang baik dan sering menjadi pendakwah di beberapa tempat."

     Lalu Fandi kembali mengingat pertemuannya dengan teman yang ia maksudkan. Teringat kembali dengan perkataan sang teman yang dulu pernah mengatakan ingin hidup lebih baik. Menjadi seorang pemuka agama dan menghabiskan hari-hari dalam sel dengan membaca buku dan memperdalam ilmu agama.

Back to Me, Please?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang