Ruangan dengan pencahayaan redup dan tenang. Hanya sebuah lampu meja yang menjadi penerangan yang bisa Bian andalkan untuk menemaninya bekerja menyelesaikan pekerjaannya yang tak sempat ditinjau saat dirinya berada di kantor.
Meletakkan map berisi dokumen hasil laporan pada tumpukan map yang lainnya, Bian kemudian melepas kaca mata bacanya lalu memijat tulang hidungnya secara pelan.
Rasa lelah dan mengantuk bercampur menjadi satu hingga membuatnya merasa ingin pergi merangkak ke tempat tidur. Ia ingin mengecup kening anaknya yang pastinya telah tertidur, dan berbaring di samping Sarah yang kelelahan seharian mengurus anak mereka.
Bisa di pastikan jika Sarah pasti juga telah tertidur di kamar Adel hingga membuatnya terpaksa ikut tidur di kamar anaknya. Selalu begitu setiap malam, sampai-sampai di pagi hari, Adel akan mengomel karena Ayah dan ibunya tidur di kamarnya. Ranjang yang di desain mirip kasur putri miliknya jadi sempit.
Membereskan tumpukkan dokumen di meja kerjanya agar terlihat rapi, Bian agak tersentak kaget melihat pintu ruang kerjanya terbuka dan memunculkan Sarah sebagai pelaku yang membukanya.
Menunjukkan senyuman yang selalu terlihat menyegarkan mata, wanita itu tanpa permisi masuk kedalam ruangan seraya menunjukkan secangkir teh yang ia gunakan sebagai alasan.
"Mau minum teh dulu?" tanya Sarah menawarkan.
Bian hanya mengulas senyuman sebelum akhirnya menatap Sarah yang telah meletakkan cangkir teh di atas meja. Di satu tempat yang mulai tertata rapi karena pria tampan itu sudah membereskannya sebelum Sarah datang.
"Belum tidur?" Bian berbicara lembut. Meraih pinggang Sarah dan membawanya untuk duduk di pangkuannya. Bermesraan. Hal yang sering mereka lewatkan karena sebelumnya Adel selalu mengganggu kemesraan mereka berdua.
Sarah tersenyum lebar sebelum akhirnya melingkarkan kedua tangannya dileher Bian. Bergelayut manja lalu mencium pipi suaminya beberapa kali.
"Kamu lupa?"
"Hm?" Alis Bian tertaut bingung. "Lupa?"
Sarah mendadak manyun cantik dengan telunjuk yang menekan dada Bian secara sensual. "Ini, kan malam Jum'at."
"Oohhh~" Bian mengangguk mengerti akan ngambeknya Sarah yang mulai menjadi hal yang menyenangkan untuk dirinya goda saat ini. Lalu dengan gerakan posesif, pria itu mengeratkan pelukan seraya mendekatkan wajah tampannya ke arah sang istri.
"Malam ini mau berapa ronde?" tanya Bian berhasil menggoda Sarah.
Pipi wanita itu bersemu merah dan raut marahnya berubah menjadi tersipu mendengar ucapan Bian.
"Ihh dasar..." ucapnya memukul bahu Bian pelan melampiaskan rasa gemasnya. Suaminya memang paling pintar dalam urusan menggoda.oOo
"Papah baru bangun?" tanya Adel yang telah duduk di meja makan. Menatap Bian dalam balutan kemeja abu dan celana bahan, rambut klimis, dan wajah yang terlihat segar, jelas jika Bian bangun kesiangan karena ayah satu anak itu bangun paling terlambat.
"Morning..." Bian menunduk untuk mengecup pipi Adel tanpa menghiraukan pertanyaan sang anak. Menolehkan kepalanya ke arah sekitar, Bian mencari keberadaan Sarah yang begitu telat menghidangkan sarapan. Biasanya di jam itu makanan telah tersaji, tapi sekarang, meja nampak masih bersih dalam artian kosong tak ada makanan apapun.
"Mamah masih di dapur?" tanya Bian pada Adel yang sibuk mengelap pipinya dari bekas kecupan Bian.
"Mamah juga kesiangan," jawab Adel sedikit kesal. Bagaimana tidak? Disaat dirinya bangun, rumah masih dalam keadaan sunyi. Tidak ada makanan, tidak ada orang, dan tidak ada yang mempedulikan perut keroncongannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Back to Me, Please?
RomansaKarena gagal taruhan, Sarah harus menerima tantangan dari temannya yaitu dengan mendaftarkan diri di aplikasi kencan online. Siapa sangka, hal itu membuatnya harus bertemu dengan mantan suaminya yang juga ikut mendaftar di aplikasi tersebut. Bian ad...