Sarah berjalan memasuki aula kantor yang mulai di padati oleh karyawan lainnya yang baru datang. Berjalan sambil memeriksa tas untuk mencari Name tag miliknya, Sarah tiba-tiba dikagetkan dengan suara seorang perempuan yang memanggil namanya dari arah belakang.
"Mbak Sarah."
Sarah menoleh dan dan tampak terkejut saat melihat seorang perempuan berambut pirang yang berjalan mendekatinya. Orang yang sangat ia kenal dan salah satu yang menjadi penyebab keretakan hubungannya dengan Bian.
"Melodi?"
Melodi, perempuan berusia 25 tahun itu berjalan menghampiri Sarah dengan senyuman mengembang di bibirnya. "Mbak kerja di sini juga ternyata?"
"Ah, iya," jawab Sarah merasa tak nyaman. Ia kemudian menatap Melodi dari kepala sampai kaki. Semua yang di pakainya terlihat begitu mahal sampai membuat dirinya seketika minder. Sekelebat ingatan tiba-tiba muncul.
5 tahun yang lalu.
Melodi masuk kedalam kontrakan yang Sarah tinggali dengan raut wajah senang.
"Mbak Sarah. Mbak ada di dapur?"
Sarah yang mendengar suara Melodi seketika keluar dari kamarnya. Menatap gadis yang 4 tahun lebih muda darinya tersebut dengan raut wajah bingung.
"Mel? Ada apa?"
"Mbak, lihat deh. Bagus kan?" Tanya Melodi setelah menunjukkan tas yang sepertinya mahal dan masih baru. Membuat Sarah yang melihatnya tersenyum senang dan mengangguk.
"Iya. Bagus banget."
"Iya kan? Kak Bian yang beliin loh. Mbak juga di beliin kan?"
Seketika raut wajah Sarah langsung berubah. Senyumannya memudar dan raut wajahnya terlihat kaget. "Bian?"
"Iya," jawab Melodi dengan wajah antusias. Namun sedetik kemudian senyumannya ikut memudar saat melihat reaksi Sarah yang sepertinya nampak tak senang. "Kak Bian, dia gak beliin mbak sama sekali?"
"Ya?" Sarah mengangkat wajahnya lalu tersenyum tipis menatap Melodi. Dengan senyuman yang seakan di paksakan, Sarah akhirnya menggeleng dengan gerakan lemah. Tidak ada satupun paket atau barang yang suaminya berikan khusus untuk dirinya.
.
."Kamu beliin Melodi tas mahal?" Tanya Sarah pada Bian yang baru pulang dan tengah mengganti pakaiannya.
"Iya. Itu kado ulang tahunnya."
"Kado ulang tahun semahal itu? Bukannya kamu bilang kamu gak punya uang?" Sarah duduk di atas tempat tidur seraya menyingkapkan poni rambut yang sedikit menghalangi wajahnya. Ia kemudian membuang muka saat Bian berbalik dan menatapnya, Sarah merasa perilaku Bian tak lagi bisa dianggap wajar.
"Dia terus ngerengek minta di beliin tas yang mirip sama temennya. Mamah juga minta aku beliin jadi aku gak bisa nolak gitu aja."
"Kamu gak bisa nolak?" Tanya Sarah seraya mendengus tak percaya. "Karena itu. Mereka terus minta tanpa mikirin perekonomian kita. Rumah warisan yang di jual, sekolah kedokteran, biaya kuliah, sekarang apalagi? Sekalian aja minta kamu buat biayain mereka seumur hidup."
"Kamu ini kenapa? Kamu juga mau? Nanti aku beliin tapi nunggu uangku ke kumpul dulu."
"Enggak! Daripada beli benda gak berguna, aku lebih khawatir sama uang sewa kontrakan yang hampir gak ke bayar!" Ujar Sarah lalu bangkit dan berjalan pergi keluar dari kamar. Meninggalkan Bian sendirian yang hanya bisa mengacak rambutnya merasa frustasi.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back to Me, Please?
Lãng mạnKarena gagal taruhan, Sarah harus menerima tantangan dari temannya yaitu dengan mendaftarkan diri di aplikasi kencan online. Siapa sangka, hal itu membuatnya harus bertemu dengan mantan suaminya yang juga ikut mendaftar di aplikasi tersebut. Bian ad...