bab 31. Pulang kampung

2.5K 217 16
                                    

     Jum'at Sore

     Tiara memarkirkan mobilnya tepat di depan tempat tinggal Sarah untuk menemani sahabatnya tersebut pulang ke kampung halaman. Sesuai janji mereka berdua beberapa hari sebelumnya, Tiara akan menemani Sarah sekaligus ingin tahu seperti apa desa tempat Sarah tumbuh. Sangat berbeda dengan Tiara yang tumbuh di kota besar, sebuah pedesaan yang asri pasti akan menjadikan mata dan telinganya seakan di restart ulang.

     Turun dari mobil, kening Tiara seketika langsung mengernyit heran saat melihat mobil Bian yang sudah terparkir cantik di samping mobilnya. Untuk apa atasannya tersebut berada di rumah Sarah?

     "Jangan bilang...." Tiara mulai menerka kemungkinan besar yang akan terjadi berikutnya.
.
.

     Bian menatap kamera CCTV rusak yang tergeletak di atas meja serta rekaman video yang diputar lewat laptop miliknya.

     Ada yang merusak kamera pengawas yang Bian pasang di belakang rumah, dan rekaman terakhir yang di ambil menunjukkan seseorang yang memakai Hoodie hitam serta wajah yang tak terlihat karena di tutupi oleh masker. Orang tersebut membawa sebuah balok kayu dan memukulkannya pada kamera CCTV yang membuat rekamannya terputus.

     Menghembuskan napas, Bian lalu mengusap wajahnya seraya berkata. "Orang ini cukup pinter," lirihnya yang di tatap sedih oleh Sarah. Wanita itu terduduk di samping Bian sambil ikut menyaksikan rekaman terakhir atas teror yang terjadi tadi malam. Lagi-lagi beberapa celana dalamnya ada yang hilang dan itu benar-benar meresahkan.

     "Maaf."

     Bian melepaskan tangan yang menutupi wajahnya lalu tersenyum menatap Sarah. "Ini bukan salah kamu. Kenapa minta maaf?"

     "Kayaknya aku bener-bener harus cepet pindah."

     "Pindah ke rumahku?" Tanya Bian kembali menggoda Sarah. Yang seketika membuat wanita di sampingnya langsung menyorot pria itu dengan tatapan tajam. Selalu dan selalu, usaha Bian begitu gigih sampai Sarah mengakui jika Bian orang yang pantang menyerah.

     "Kamu nggak capek ya?"

     "Capek sih," jawab Bian dengan jujur.

     "Kalo gitu sana pulang."

     "Kita kan mau pulang kampung bareng."

     Sarah memutar bola matanya dengan malas. Menoleh ke arah pintu, tubuhnya mendadak tegang saat melihat Tiara yang berdiri di ambang pintu sambil melipat kedua tangannya di perut. Senyuman sinis terpancar dari wajahnya saat melihat Bian dan Sarah yang duduk bersampingan. Terlihat romantis sampai membuatnya menyesal telah datang ket tempat itu. Bagaimana tidak? Ujung-ujungnya pasti ia akan di jadikan obat nyamuk.

     "Ada penambahan orang ya?" Tanya Tiara seraya berjalan memasuki rumah dengan senyuman kesal. Bukankah sebelumnya Sarah bilang hanya mereka berdua? Lalu kenapa sekarang Bian hadir dan mengatakan mau pulang kampung bareng? Bersama mereka? Yang benar saja!

oOo

     Alvin membuka pintu rumahnya saat seseorang yang tak diketahuinya mengetuk pintu dari luar.

     Seorang wanita berumur 40 tahunan dengan rambut blonde serta dandanan menor dan baju yang terbuka muncul di balik pintu. Menyapa Alvin dengan senyuman lebar, wanita yang merupakan bibi dari pemuda imut itu tanpa malu langsung memeluk sang keponakan seakan sudah lama bagi keduanya tak bertemu.

     Sedangkan Alvin? Pemuda yang tengah di peluk itu terlihat menghembuskan napas malas lalu memalingkan wajah ke arah lain. Ekspresi mukanya seperti muak saat bertemu kembali dengan wanita yang sudah mengurusnya ketika sang ayah di penjara.
.

Back to Me, Please?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang