00||18

10.1K 703 64
                                    

PART 18

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PART 18

Kedatangan Opa Di apartemen

•••

  Setelah acara berpelukan yang hampir membuat nyawa Arshan melayang, ketujuh remaja tersebut sudah berkumpul di ruang tengah dalam keadaan rambut basah, bukan karena selesai mandi, melainkan habis membasuh wajah bantal mereka, sekaligus memberi percikan air pada rambutnya.

"Ngapain Lo natap gue kayak gitu?" Arshan merasa risih saat Lintang terus menatapnya dari atas sampai bawah.

"Gue masih nggak nyangka jiwa Lo bisa pindah ke raga orang, untung orangnya ganteng. Gimana kalau jiwa Lo pindahnya ke raga kakek-kakek, beuh, ngeri cok," cerocos Lintang, mendapat timpukan bantal dari Tirta.

"Bawel banget Lo, kek cewek."

  Lintang mendelik."Terserah gue lah, emang gue ngomong pake mulut Lo? Enggak kan."

  Tirta mendengus, meladeni Lintang tidak akan ada ujungnya, jadi lebih baik diam saja.

"Calon istri Lo masih tidur, Ar?" Gajendra sedikit berbisik pada Arshan yang duduk di sebelahnya.

"Tadi waktu gue cek, masih tidur."

"Coba Lo liat lagi, siapa tau udah bangun," timpal Vernan, yang ternyata menguping.

  Arshan yang merasa didesak oleh kedua cecurut itu, memicing. "Emang kalau dia udah bangun, mau ngapain Lo!" Ketusnya.

"Lah, selow dong pak, kita cuma mau kenalan sama ibu negara, sekaligus mau tau, secantik apa sih sampai bisa bikin seorang Arshan kepincut," kata Vernan, menyengir lebar.

"Ar," panggil Lintang.

"Hm."

"Semalam Lo sampe mana sama calon istri?"

"Pasar malam."

"Bukan itu goblok."

"Lo ngatain gue goblok?"

  Lintang langsung gelagapan saat Arshan menatap tajam ke arahnya. "B-bukan."

"Maksud Lintang, Lo sampe mana itu itunya Ar," jelas Gajendra.

"Itu apa?" Keningnya berkerut tak paham.

  Ck, Arshan pasti pura-pura tidak tahu karena enggan membahas kejadian semalam lebih jauh.

"Lo nggak ngelakuin hal lebih kan sama calon istri Lo?" Fagan dan yang lain menatap serius ke arahnya.

"Enggak lah, gue cuma bantu buat ngilangin efeknya, lagian gue bukan cowok brengsek."

"Baguslah, berarti Lo masih sahabat kita," kata Fagan. Arshan mendelik.

  Saat mereka sedang asik berbincang, pintu kamar tiba-tiba terbuka.

Arshan Gentala [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang