⚠️Mampir aja dulu, sapa tau suka⚠️
Genre:
#FiksiRemaja
#Humor
#Fantasi
•••
Rank in 2 #humor
Rank in 1 #fiksiumum
Rank in 1 #acak
Rank in 1 #transmigrasi
Rank in 5 #ceritapendek
Rank in 1 #lucu
Rank in 1 #populer
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PART 44
Selesai
~Di dunia ini ada tiga hal yang nggak akan pernah abadi dalam hidup Lo, penderitaan, kebahagiaan, dan kesedihan~ •••
Dari dalam kamar, Arshan memandang hujan yang mengguyur kota jakarta di pagi hari, hembusan angin ikut serta dalam kedinginan, menikmati secangkir kopi dalam genggaman, sembari menatap pepohonan yang tak bisa berdiri kokoh karena angin kencang.
Sejenak memejamkan matanya, satu tahun terakhir ini semuanya terasa berubah. Sekarang ia sadar, akan ada masanya di mana sesuatu yang terasa pahit akan berubah manis, juga bisa terasa hambar.
Semua orang-orang yang berperan penting dalam hidupnya telah terpisah jarak dengannya. Seminggu setelah kepergian Fagan, Gajendra balik ke Thailand karena ayahnya sakit, dan sebagai anak tertua, ia diminta untuk meneruskan restoran keluarga.
Lalu disusul Vernan, juga Tirta yang pamit untuk meneruskan kuliah di luar negeri.
Dan Lintang? Ia di bawa ke inggris oleh ayahnya untuk menjalani pengobatan di sana selepas mengalami kecelakaan beruntun yang sangat parah, bahkan mengakibatkan sebagian ingatannya hilang.
"Sayang."
Lamunan Arshan seketika buyar kala merasakan pelukan seseorang dari belakang. Ia menoleh, dan mendapati istrinya yang semakin hari semakin terlihat cantik hanya mengenakan dress selutut. Aura keibuan dalam wanita itu juga begitu terpancar diusianya yang masih muda.
"Hujannya lebat banget ya," kata Athaya, setelah posisi mereka berganti, kini Arshan yang memeluknya dari belakang, sesekali mengecup lehernya.
"Sayang."
"Hm." Athaya bergumam, merasakan lidah sang suami menyapu tengkuknya.
"Aluna mana?" Rasanya tubuh Athaya meremang mendengar suara serak Arshan mengalun tepat di telinganya, ditambah tangan lelaki itu tak pernah diam sedari tadi di setiap inci tubuhnya.
"Mmhh d-di rumah Argo, d-dia rewel nyariin Eros te--ah, Arshan! Tangan kamu ih!"
Sang pelaku hanya menyengir setelah tangannya lepas dari bawah sana, beralih menatap sang istri dengan tatapan memohon.
Athaya yang selalu terhipnotis dengan tatapan itu hanya mampu mengangguk pasrah, membuat sang empu tersenyum cerah, dan segera mengangkat tubuh sang istri menuju kasur.
Sepertinya wanita itu lupa tujuan awalnya, padahal ia diminta oleh Argo untuk menyuruh Arshan datang ke rumahnya makan bersama, sebab Aisyah baru saja selesai masak.
Keduanya sudah bergulat di atas kasur tanpa sehelai benang pun yang menutup tubuh mereka, tanpa memperdulikan ponsel di atas nakas yang sedari tadi berdering.