00||15

10.3K 690 72
                                    

PART 15

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PART 15

Jebakan

•••

Masih dengan Athaya yang terus memeletkan lidahnya karena rasa pedas yang tak kunjung hilang membuatnya benar-benar tersiksa, merasakan sensasi panas pada lidahnya sembari menunggu Arshan yang belum menampakkan batang hidungnya.

Athaya yang sudah tak tahan lagi, ingin segera turun dari mobil untuk membeli minum sendiri. Namun, sebelum benar-benar keluar dari mobil, tiba-tiba saja ada anak laki-laki yang memberikannya minum.

"Kak, ini minum buat kakak," kata anak laki-laki itu sembari menyodorkan sebotol aqua padanya.

Tanpa curiga sedikitpun, ia langsung meminum air tersebut. Saat rasa pedas pada lidahnya sudah mulai meredah, ia pun ingin berterima kasih pada bocah laki-laki tadi, namun sayangnya bocah itu sudah menghilang entah kemana.

"Tau aja tuh bocah kalau gue lagi butuh air. Tapi kok bisa ya dia tiba-tiba ngasih air minum ke gue?"

"Atau mungkin dia ngeliat gue kepedasan? Kan jendela mobil kebuka, jadi siapa aja bisa liat gue," monolognya sendiri.

Mendengar pintu mobil terbuka membuat Athaya menoleh ke samping, tepatnya pintu kemudi yang langsung menampakkan kedatangan Arshan.

"Sorry, gue lama, tadi ke toilet dulu."

"Iyya."

"Ngapain liatin gue?" Tanya Athaya saat Arshan menatapnya mengintimidasi.

"Muka Lo kenapa merah? Keringetan juga, bibir Lo juga kenapa merah, terus bengkak gitu, habis ngapain Lo?!" Tanya Arshan beruntun, bahkan raut wajahnya sudah tak enak untuk dipandang.

"Heh, jangan bilang Lo mikir yang aneh-aneh," tebak Athaya, malah mendapat anggukan dari cowok itu.

"Dih, gue kayak gini tuh gara-gara habis makan yang itu, lagian lo kelamaan ambil minum, makanya jadi gini."

"Siapa suruh ngeyel, udah gue bilang nggak usah beli makanan pedas. Gini kan jadinya, masih untung kalau perut Lo nggak sakit," omel Arshan bak ibu-ibu yang sedang memarahi anak gadisnya.

"Iyya iyya, lagian udah terlanjur juga. Yaudah, mana minumannya, sini, mau gue minum," Arshan pun menyerahkan satu cup pada Athaya dan langsung diteguk habis oleh gadis itu.

"Terus itu air minum dari siapa?" Arshan kembali bertanya saat matanya tak sengaja melihat botol air berada dipangkuan Athaya.

"Dari anak kecil. Pas gue mau keluar buat beli minum sendiri tiba-tiba aja ada anak kecil nongol terus nyodorin air ke gue, dan pas gue mau bilang makasih dia udah nggak ada, ngilang gitu aja," jelas Athaya, fokus pada jajanannya.

Arshan Gentala [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang