00||06

15.4K 1.1K 59
                                    

PART 06

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PART 06

Bertemu Ayah

•••

  Arshan masih tidak percaya jika yang berdiri di hadapannya sekarang adalah ayah kandungnya, Kin. Apa dunia sesempit ini?

  Tadi pagi ia dipertemukan dengan salah satu sahabatnya, dan sekarang malah dipertemukan dengan sang ayah.

  Arshan bingung, mengapa takdir seolah tak ingin mereka terlepas, apa mungkin sang ayah masih mengharapkan kehadirannya.

"Ayah," lirihnya nyaris tak terdengar, tapi sepertinya pria di depannya mendengar apa yang Arshan ucapkan.

"Kamu panggil saya ayah?" Kin menatap Arshan dengan ekspresi terkejut.

  Arshan yang tersadar pun lantas menggeleng dan tersenyum tipis. Tidak, ini bukan saatnya untuk ia mengatakan tentang siapa dirinya.

"Kamu bikin saya teringat dengan putra saya," kata Kin, menepuk pelan pundak Arshan, lebih tepatnya raga Ghafi.

"Kalau boleh tau, memangnya putra om ke mana?" Arshan ingin melihat seperti apa reaksi sang ayah.

  Apakah pria itu merasa kehilangan atas dirinya, atau memang bahagia dengan kepergiannya.

"Putra saya meninggal dari satu minggu yang lalu, dan itu semua terjadi karena kesalahan saya."

  Dan ucapan sang ayah berikutnya berhasil membuat ia merasa tak percaya.

"Saya menyesal atas semua yang saya lakukan. Andai saja Tuhan memberikan saya kesempatan untuk menebus semuanya, pasti saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu."

Ayahnya menyesal?! Itu artinya sang ayah tidak membencinya. Kehadirannya bahkan masih diharapkan!

  Kin mendongak menatap langit yang sedikit mendung, berusaha menahan cairan bening yang ingin menerobos keluar dari cela matanya.

"Mungkin di sana putra saya sudah bertemu dengan bundanya, mengadu tentang sikap saya yang sangat keterlaluan, mengadu tentang saya yang tidak becus menjadi seorang ayah."

  Kin tertawa miris, mengingat betapa bodoh dirinya.

"Om yang sabar." Hanya itu yang dapat Arshan ucapkan.

  Sangat ingin rasanya memeluk sang ayah dengan erat, meskipun dulu dirinya selalu disiksa oleh pria itu, tapi rasa sayangnya tak pernah pudar, ditambah lagi ayahnya baru saja mencurahkan isi hatinya. Jadi, bolehkah ia berharap untuk kembali hidup bersama sang ayah?"

"Iyya, terima kasih."

"Kalau gitu saya pamit dulu, om."

  Kin mengangguk. Arshan meraih tangan pria tersebut sebelum benar-benar pergi, namun langkahnya kembali terhenti.

Arshan Gentala [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang