⚠️Mampir aja dulu, sapa tau suka⚠️
Genre:
#FiksiRemaja
#Humor
#Fantasi
•••
Rank in 2 #humor
Rank in 1 #fiksiumum
Rank in 1 #acak
Rank in 1 #transmigrasi
Rank in 5 #ceritapendek
Rank in 1 #lucu
Rank in 1 #populer
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PART 38
Setelah Tujuh Bulan
•••
Tak terasa, sudah tujuh bulan lamanya Arshan terbaring koma di rumah sakit. Dan selama itu pula Athaya selalu bolak balik menuju rumah sakit dengan perutnya yang mulai membesar.
Remaja yang sebentar lagi menjadi ibu itu, mengambil home schooling demi menjaga kandungannya, juga agar bisa lebih bebas menjenguk serta menjaga suaminya.
Bukan hanya Athaya yang selalu menjenguk Arshan, tetapi juga keenam sahabatnya yang tak pernah absen sehari pun selama tujuh bulan itu, bahkan mereka membuat jadwal bergiliran untuk menginap di rumah sakit demi menjaga Arshan.
Kedua orang tua Arshan dan juga tuan Wira, merasa sangat bersyukur karena Arshan dikelilingi oleh orang-orang yang begitu tulus padanya.
"Athaya, Lo makan dulu, dari tadi pagi perut Lo belum keisi apa-apa, kasian calon istri gue," cengir Lintang diakhir kalimatnya.
"Enak aja, itu calon menantu gue," sentak Argo yang tak terima, bagaimana pun ia akan menjodohkan anak Arshan dengan Eros, putranya.
"Gue sih sama emaknya," ucap Fagan dengan santainya, langsung mendapat delikan tajam dari mereka.
Athaya mendengus mendengar Lintang menegurnya. Harusnya sedari awal ia tidak memberi tahu mengenai jenis kelamin bayi dalam kandungannya.
Lihatlah sekarang, putrinya belum lahir saja sudah menjadi rebutan para om-omnya. Bahkan Zero dan Gendra juga sangat memperhatikan kandungannya, jangan-jangan kedua adik iparnya itu memiliki niat yang sama seperti Lintang.
Rasanya Athaya ingin mengadu pada suaminya, berharap agar Arshan segera sadar, dan melihat putrinya lahir nanti.
Athaya terdiam, menggenggam tangan Arshan yang selalu terasa hangat itu, mengusapnya, bahkan terkadang meletakkan tangan itu keatas perutnya yang sebentar lagi berusia delapan bulan.
"Bentar lagi aku lahiran, kamu nggak mau bangun? Kamu nggak capek tidur terus? Masa kamu biarin aku sendirian. Anak kita butuh papanya, dia juga pengen diajak ngobrol sama papanya." Athaya mengusap pipinya yang dijatuhi air mata.
Mereka yang juga berada di ruangan itu, hanya terdiam memperhatikan istri sahabatnya.
Hampir setiap hari Athaya selalu berbicara pada Arshan, memberi tahu apa saja yang terjadi disetiap hari-harinya selama Arshan tidak ada.
Mereka tahu betul seperti apa kesedihan Athaya, apalagi sekarang perempuan itu sedang mengandung tanpa ada sang suami mendampinginya.
"Kamu tau nggak? Anak kita belum lahir, tapi udah direbutin sama om-omnya. Lucu ya, nggak kebayang kalau nanti dia lahir. Pasti papanya bakalan posesif banget," Athaya mengucapkan itu diselingi dengan kekehannya, sembari mengusap air matanya.