⚠️Mampir aja dulu, sapa tau suka⚠️
Genre:
#FiksiRemaja
#Humor
#Fantasi
•••
Rank in 2 #humor
Rank in 1 #fiksiumum
Rank in 1 #acak
Rank in 1 #transmigrasi
Rank in 5 #ceritapendek
Rank in 1 #lucu
Rank in 1 #populer
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PART 32
Kemunculan Helix, Kakek Arshan
•••
Vernan berdecih setelah tahu siapa yang baru saja menabraknya, dia Brayen. Ck, ia yakin cowok itu pasti sengaja.
Malas berlama-lama di sini, ia segera berdiri, mengabaikan keberadaan Brayen, menganggap jika cowok itu adalah makhluk tak kasat mata.
Baru saja ingin melenggang pergi, tiba-tiba ucapan Brayen menghentikannya.
"Gue tau Lo siapa," kata Brayen, saat matanya tak sengaja menatap tato berbentuk ular cobra pada pergelangan tangannya, ia tahu jika itu bukan tato biasa, bahkan bentuknya sangat kecil.
Ia tahu mengenai tato itu dari cerita kakeknya, bahkan kakeknya memberi tahu jika orang-orang yang memiliki tato tersebut adalah bagian dari sebuah kelompok mafia yang dibentuk oleh seseorang yang memiliki tato cobra melilit bunga mawar di tengkuknya.
Kakeknya tahu semuanya, karena orang itu adalah sahabatnya, dan sudah mati terbunuh di tangan kakeknya sendiri.
"Tato Lo kecil benget, tapi gue tau kalo itu gambar cobra, right?"
Vernan diam, sedikit terkejut mendengar Brayen mengetahui gambar tatonya. Mencoba untuk tenang, ia menatap cowok itu dengan sebelah alis terangkat.
"Bukan urusan Lo."
"Lo bagian dari Ligator kan? Sekarang kasih tau gue, siapa yang kembali ngebentuk kelompok mafia yang udah lama mati itu?!"
Vernan tersenyum miring, "Gue nggak akan kasih tau Lo."
Brayen menggepalkan tangannya, dia akan memberi tahu kakeknya mengenai ini.
"Satu lagi, kasih tau kakek Lo buat hati-hati karena dia kembali untuk lenyapin kalian." Vernan langsung pergi setelah mengatakan itu, meninggalkan Brayen yang membeku di tempat.
Tidak ada yang menyadari jika sedari tadi Arshan mengintip di balik tembok. "Apa pembicaraan mereka ada hubungannya sama orang di mimpi gue?" Gumamnya, ingin mengejar Vernan dan menanyakan semuanya.
Kringgggg....
"Fuck!" Ia mengumpat saat bel masuk berbunyi, kembali ke kantin di mana Athaya dan teman-temannya masih berada di sana.
"Lama amat Lo di toilet, kirain mau ngirim pesan juga kayak si Vernan," celetuk Tirta setelah Arshan datang, yang hanya di balas dengan lirikan mata.
"Ayok ke kelas," ajak Arshan, mengulurkan tangannya pada Athaya.
"Gue nggak diajak nih?" Goda Tirta, ikut mengulurkan tangannya.
Plak!
"Lo ngerusak suasana tau nggak," ucap Fagan menampar tangan cowok itu, membuatnya meringis dengan raut sebal.