2 | kalung

4.2K 304 27
                                    

warning : 🔞




*

"Makan dulu, ya?"

Winter baru menaruh kopernya dan barang-barang yang hendak dibawa ke kost an ketika suara Naresh terdengar. Cowok itu menarik turun bagasi mobil setelah memastikan semua barang Winter nggak ketinggalan.

"Langsung aja gimana? Kita cari makan di jalan."

"Nggak, harus makan dulu kalau mau kemana-mana." Naresh merangkul pundak Winter menuju rumah gadis itu. "Tadi tante Betta manggil-manggil kita loh. Dia masak udang asam manis. Sayang kalau kita nggak makan!"

"Yaudah deh makan dulu." Naresh tersenyum usai mengusak gemas puncak kepalanya.

"Kamu langsung disana, Cassie?" Betta bertanya ditengah acara makan siang mereka. Lala juga ada disana, ikut makan berseberangan dengan Winter.

"Iyasih kayaknya. Kata Papi nggak apa-apa asal sama Naresh."

Naresh sedikit tersenyum mendengarnya. Betta melirik ke arah Naresh, lantas beralih melontarkan tanya padanya. "Kamu langsung pulang atau menginap disana, Nareshwara?"

Baik Winter maupun Naresh mengerti betul arti pertanyaan itu. Naresh menelan dahulu sebelum menjawab tenang. "Aku langsung pulang kok, tante kalau Cassie udah beres semuanya. Enggak nginap."

"Oh, langsung pulang." Meski nggak begitu kentara, wajah Betta kelihatan lega.

Mau bagaimanapun, nalurinya sebagai seorang Ibu membuat Betta merasa was-was. Sekalipun suaminya bilang kalau Naresh anak yang baik dan nggak mungkin melakukan sesuatu yang buruk pada Winter.

"Ya sudah dihabiskan dulu makannya. Baik-baik disana Cassie. Kalau butuh sesuatu kamu langsung telepon Ibu aja."

Winter hanya merespon dengan senyum dan anggukan kecil.

Seusai makan, Winter mencuci piringnya pada bak cuci piring yang mengalirkan air dari keran. Lala berdiri disana entah melakukan apa, dia mengekori Winter sejak tadi. Sementara Naresh sedang keluar buat mengisi bensin.

"Kakak bakal tinggal disana lama, ya?"

"Ya sampai kuliahnya selesai, La."

Lala menelengkan kepala, mengamati sesuatu yang ada di leher dan bawah telinga Winter. "Itu lama dong?"

"Lumayan." Winter menaruh piring tadi pada rak setelah itu menyeka tangannya yang basah dengan serbet. Lala masih mengamati titik yang sama sejak tadi. "Yah, nggak ada temen nonton lagi dong aku."

"Ya kapan-kapan kalau aku pulang kita nonton bareng, La."

"Hm, iya juga sih. Sering-sering ya pulangnya, Kak."

"Hm-mh."

"Kakak bakal tinggal berdua sama Mas Naresh, ya?"

Winter terbatuk kecil mendengarnya. "Nggak, La. Mas Naresh kan kampusnya beda sama aku."

"Ohhh, gitu. Aku kira sama, terus tinggal bareng gitu. Pasti seru, ada temennya. Kak Cassie nggak sendirian."

Winter meringis dalam hati. Wah, dia nggak bisa membayangkan bakal sebrutal apa kelakuan Naresh jika hal itu betulan terjadi. Tinggal bersama? Nggak. Nggak. Nggak. Membayangkan yang tempo hari saja dia masih ngeri.

Winter mengreyit. "Kenapa kamu ngelihatin aku gitu?"

"Itu," Lala menunjuk wajah Winter dengan raut penasaran. "Kok kayak ada merah-merah gitu dilehernya, kena apa, Kak?"

Winter meraba lehernya. Lantas mengecek pada cermin yang ada di dapur. Mampus. Winter memaki dalam hati. Lalu segera menutupi ruam dilehernya dengan menggerai rambut kedepan.

I Wuf You  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang