"Babe, kamu post foto aku?"
"Hm-mh."
"Kenapa yang barengan kamu tadi nggak di post sekalian?"
"Bagusan yang itu." Naresh menatapnya lembut. "Kamu kelihatan cantik."
Winter tersenyum dengan wajah sedikit tersipu. Guna menyembunyikan semburat kemerahan yang mungkin sudah muncul di pipinya, Winter menunduk menatap foto dirinya yang barusan Naresh posting dengan senyum dikulum. Itu juga Naresh yang memfotokan tadi.
Ah, ya. Malam ini Naresh mengajaknya jalan-jalan malam gitu lalu dilanjut makan disebuah restoran fine dining yang berada di sebuah hotel. Dengan interior modern bernuansa vintage yang nampak mewah.
Lilin-lilin menyala. Ditata sedemikian rupa ditemani minuman alkohol rendah dalam gelas kaca. Meja mereka berada di sudut ruang. Bersebelahan dengan dinding kaca besar. Disuguhkan langsung pemandangan kota malam yang nampak berkelip kelip dari atas sini.
"Hp kamu jadi rame." Winter berceletuk saat kini beralih memainkan ponsel hitam milik Naresh. Lalu mengecek setiap notifikasi yang masuk.
"Log out-in aja."
"Nggak, aku mau bacain komen." Winter nyengir.
Naresh menghela napas pendek. Winter masih asik scroll scroll Instagram Naresh saat pelayan membawakan pesanan mereka. Naresh mengucapkan terimakasih sebelum memotong steak didepannya.
"Kalungnya bagus ya aku pake!" Winter berseru riang, sambil meraba kalung dilehernya.
Naresh berhenti memotong steak sejenak untuk mengamati Winter. Perempuan itu banyak tersenyum hari ini. Naresh melepas gelak pelan. "Siapa dulu dong yang beliin."
"Nana."
Naresh ketawa. "Pasti ada yang minta spill disitu, ya?"
"KOK TAU?!" Winter memekik tiba-tiba. Tapi seketika meringis malu dan menutupi wajahnya dengan ponsel dan telapak tangan saat beberapa orang--hanya 5 sebenarnya--disana menoleh serempak. "Kok kamu tau, sih?!" Ulangnya sambil berbisik keras.
Naresh mengacungkan pisaunya sejenak dengan dagu terangkat. "Tau lah." Setelah beef steak terpotong rapi, Naresh menukar piringnya dengan milik Winter.
Winter sudah biasa dengan perhatian kecil yang selalu Naresh lakukan, contohnya barusan. Jadi dia nggak begitu terkejut.
"Dimakan. HP nya ditaruh dulu sayang."
"Bentar."
Winter beralih membuka galeri buat melihat foto-foto yang tadi. Ponsel Naresh itu ada dua. Yang satu buat urusan kerjaan, kantor dan orang-orang penting. Dan yang satu lagi ponsel biasa.
Isinya nggak begitu banyak. Bahkan foto Naresh sendiri nggak sampai 20 biji. Selebihnya, didominasi foto Winter dan foto-foto random pemandangan atau objek benda mati.
Sosial medianya pun sama. Naresh hanya memposting hasil jepretan kameranya. Foto Winter, objek alam dan benda mati. Naresh nggak pernah mau posting fotonya sendiri, kecuali kalau foto itu bersama dirinya. Ibarat, jika benda ini hilang, orang yang nemu pasti bakal ngira ini ponsel perempuan dan bukan laki-laki.
Ada baiknya sih, meminimalisir jangkauan pelakor. Sebab, meski enggan Winter akui terang-terangan, wajah Naresh tuh potensial banget jadi sasaran.
Muda, tampan-mapan dan kaya raya, betina mana yang nggak bakal tergoda?
Pernah tuh, Winter iseng buat instastory dengan foto mirror selfie bareng Naresh.
Yang kebetulan banget difoto itu Naresh emang lagi gak pakai baju, shirtless gitu, salah satu lengannya meluk mesra perut Winter dari belakang. Mukanya samar kelihatan, karena Naresh menunduk didekat tengkuk Winter.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wuf You ✓
Romance[ Book II ] Kelanjutan cerita Nareshwara dan Winter Cassandra dari book sebelumnya yang berjudul Winter.