24 | karet merah

1.8K 204 61
                                    

Naresh mengulum senyum membacanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Naresh mengulum senyum membacanya. Seharian penuh digempur kerjaan rasanya pening dan letih.

Usai berbalas pesan barusan, semua letihnya sirna seketika. Seolah Naresh sanggup memutari bundaran HI sebanyak 7 kali.

Naresh berjalan lewat lobi, terlalu asik chatting dia jadi nggak memperhatikan sekitar. Sementara dari arah berlawanan, seorang pegawai terlihat keteteran membawa barang bawaannya.

Semua terjadi begitu cepat, Naresh menubruk pegawai muda itu sampai berkasnya berjatuhan dilantai. Nggak sampai disitu saja. Rambut pegawai itu tersangkut di kancing kemeja Naresh.

"Oh--maaf--saya lepasin dulu. Saya yang salah." Posisinya bisa mengundang kesalahpahaman. Tapi untungnya lobi lagi sepi. "Maaf sekali lagi, saya tadi asik mainan Hp sampai nggak lihat sekitar. Kamu nggak apa-apa?"

"Nggak apa-ap-" Pegawai tadi mendongak, dan berakhir terpana saat menemukan sosok lelaki menawan yang dia tabrak. Sangat tinggi, wangi dan tampan tiada tara.

Pegawai baru itu menatap tanpa kedip. Masih termakan pesonanya yang kian bertambah saat dia tersenyum.

"Ini, maaf ya."

Pegawai itu tersentak. Dia mengambil alih berkas yang diulurkan Naresh dengan gerakan kikuk."Oh--iya, Pak--saya juga minta maaf."

"Kamu hati-hati jalannya."

"Iya, Pak."

"Eh, atau perlu saya bantu? Kayaknya kamu kesusahan bawanya. Kamu mau ke lantai berapa?"

Pegawai itu menggeleng seraya tersenyum sopan. Diliriknya cincin yang melingkari jari manis Naresh. Sebelum akhirnya pegawai itu memilih membawa semua berkas-berkas itu sendiri.

"Nggak apa-apa, Pak. Saya bawa sendiri aja."

Naresh melempar senyum singkat sebelum berjalan keluar menuju parkiran mobil. "Yaudah, saya duluan ya."

*

Naresh turun dari mobil usai membanting pintu sampai berdebam. Dengan kemeja yang sudah digulung sebatas siku, dasi longgar. Naresh meneteng kantung plastik hitam berisi dua bungkus nasi goreng yang masih hangat.

Sesuai permintaan; pedas dengan tiga karet warna merah.

Naresh menyusuri area rumah yang nampak sepi. ART yang dia pekerjakan hanya bekerja sampai sore dan sudah pulang.

"Sayang." Panggil Naresh seraya menanjaki tangga. Senyum tersungging dibibir, membayangkan wajah bahagia Winter saat dia pulang. Pintu kamarnya terbuka membuat Naresh langsung masuk kesana.

"Sayang aku pulang-"

Seketika Naresh langsung diserang panik dadakan saat tak menemukan Winter disana. "Cassie!" Naresh berjalan gusar tak tentu arah. "Cassie kamu dimana?"

I Wuf You  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang